Tutorial Bugeting Usaha Kecil untuk Pemula

  • Bagikan
Ilustrasi budgeting dalam bisnis Freepik pch vector
Ilustrasi budgeting dalam bisnis Freepik pch vector

KAMAKAMU – Capek berjualan tapi kok hasilnya gitu-gitu aja? Jangan-jangan kamu melewatkan satu hal krusial ini yakni membuat anggaran bisnis. 

Tanpa anggaran, uang bisa hilang entah ke mana dan sulit sekali untuk mengukur kinerja keuangan bisnismu.

Tenang, artikel ini akan memandumu langkah demi langkah menyusun anggaran sederhana yang efektif untuk bisnismu. Yuk, simak!

4 Rintangan Berat yang Tak Terhindarkan Bagi Bisnis Baru

Kenapa Uang Bisnismu Kayak Gak Berasa? Mungkin Ini Alasannya!

Dilansir dari YouTube Kelly Patricia Sebagai seorang pengusaha muda yang penuh semangat, kamu pasti sudah bekerja keras untuk mengembangkan bisnismu. 

Namun, pernahkah kamu merasa lelah berjualan, promosi sana-sini, tapi kok uangnya seperti tidak berbekas?

Jika iya, kemungkinan besar ada satu kesalahan mendasar yang tanpa sadar masih kamu lakukan, yaitu tidak pernah membuat anggaran atau perencanaan keuangan bisnis.

Akibatnya, uang bisnis seringkali terpakai untuk hal yang tidak jelas dan kamu pun kesulitan untuk mengukur performa keuangan bisnismu secara keseluruhan.

1. Proyeksi Penjualan Bisnismu

Langkah pertama dan paling mendasar dalam membuat anggaran adalah melakukan proyeksi penjualan.

Bagaimana mungkin kamu bisa menyusun anggaran jika kamu sendiri tidak memiliki gambaran berapa potensi pendapatan yang akan masuk ke bisnismu?

Sebenarnya, ada berbagai metode untuk memproyeksikan penjualan, namun untuk kamu yang baru memulai, cara paling sederhana adalah dengan melihat data penjualan 6 bulan terakhir.

Selanjutnya, hitung rata-rata penjualan bulanan dari data tersebut. Angka rata-rata inilah yang bisa kamu jadikan perkiraan penjualan untuk bulan berikutnya.

Sebagai contoh, jika total penjualanmu selama 6 bulan terakhir adalah Rp300 juta, maka rata-rata penjualan bulananmu adalah Rp50 juta.

Angka Rp50 juta ini bisa menjadi proyeksi penjualanmu untuk bulan depan. Ingatlah bahwa ini hanyalah perkiraan, angka riilnya bisa lebih tinggi atau lebih rendah, namun setidaknya kamu sudah memiliki patokan awal untuk menyusun anggaran.

2. Memangkas Harga Pokok Penjualan (HPP)

Setelah memiliki proyeksi penjualan, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi dan menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP).

Apapun produk atau layanan yang kamu tawarkan, pasti ada biaya yang terkait dengan produksinya.

Untuk memperkirakan HPP bulan depan, kamu bisa melihat persentase HPP terhadap penjualan pada bulan sebelumnya.

Biasanya, HPP memiliki proporsi yang relatif stabil terhadap penjualan. Jika kamu belum pernah menghitung HPP sebelumnya, sebaiknya kamu mencari informasi atau panduan terlebih dahulu mengenai cara menghitung HPP dengan benar. 

Namun, dalam konteks pembuatan anggaran ini, kita asumsikan kamu sudah memiliki data HPP bulan lalu.

Misalnya, jika bulan Juni penjualanmu adalah Rp65 juta dan HPP-nya adalah Rp19,5 juta, maka persentase HPP terhadap penjualan adalah 30%.

Dengan demikian, untuk proyeksi penjualan bulan Juli sebesar Rp50 juta, perkiraan HPP-mu adalah 30% dari Rp50 juta, yaitu Rp15 juta.

3. Mengidentifikasi Biaya Wajib Keluar

Selanjutnya, kamu perlu mengidentifikasi semua biaya yang sifatnya wajib dan rutin keluar dari bisnismu.

Biaya-biaya ini adalah pengeluaran yang sulit untuk dihindari, seperti gaji karyawan, biaya sewa tempat usaha, tagihan listrik, air, dan internet.

Untuk mengetahui apa saja biaya wajib ini, coba periksa mutasi rekening bisnismu bulan lalu dan catat semua pengeluaran rutin yang pasti akan ada di bulan berikutnya.

Kumpulkan semua biaya ini dalam sebuah daftar beserta nominalnya. Misalnya, total biaya wajib bisnismu adalah Rp15 juta yang terdiri dari gaji karyawan, sewa toko, dan utilitas.

4. Alokasi Anggaran untuk Biaya Lainnya

Setelah menghitung proyeksi penjualan, HPP, dan biaya wajib, kini saatnya kamu melakukan alokasi anggaran untuk biaya-biaya lain yang tidak termasuk kategori wajib.

Caranya cukup sederhana, yaitu dengan mengurangi proyeksi penjualan dengan HPP dan total biaya wajib.

Dari contoh sebelumnya, proyeksi penjualan Rp50 juta dikurangi HPP Rp15 juta dan biaya wajib Rp15 juta, maka kamu memiliki anggaran sekitar Rp20 juta untuk biaya-biaya lainnya.

Tugasmu sekarang adalah mengalokasikan dana Rp20 juta ini ke berbagai pos pengeluaran yang tidak wajib, seperti biaya pemasaran, biaya transportasi, atau bahkan gaji pemilik, dan pastikan totalnya tidak melebihi Rp20 juta.

Mengapa harus di bawah atau sama dengan Rp20 juta? Tentu saja agar bisnismu bisa mendapatkan keuntungan.

Kamu bisa menggunakan data pengeluaran bulan lalu sebagai patokan, namun tetap pertimbangkan prioritas dan efisiensi untuk bulan ini.

Misalnya, jika bulan lalu total biaya tidak wajibmu adalah Rp22 juta, kamu perlu mencari pos pengeluaran mana yang bisa dikurangi agar totalnya tidak melebihi anggaran Rp20 juta.

5. Evaluasi Anggaran Secara Berkala

Membuat anggaran hanyalah langkah awal. Agar anggaran tersebut efektif, kamu perlu melakukan evaluasi secara berkala terhadap realisasi pengeluaran dan pendapatan bisnismu.

Bandingkan antara angka proyeksi dengan angka aktual yang terjadi di lapangan. Mulailah dari evaluasi penjualan.

Jika proyeksi penjualanmu Rp50 juta, namun realisasinya hanya Rp45 juta, berarti ada selisih yang perlu dianalisis penyebabnya.

Selanjutnya, evaluasi HPP. Perhatikan apakah persentase HPP terhadap penjualan sesuai dengan proyeksi awal.

Jika terjadi kenaikan persentase HPP yang signifikan padahal penjualan tidak berubah drastis, kemungkinan ada inefisiensi dalam proses produksi atau pembelian bahan baku.

Terakhir, evaluasi biaya-biaya lain, terutama biaya yang tidak wajib. Apakah pengeluaran untuk pemasaran sesuai dengan anggaran?

Apakah biaya transportasi lebih tinggi dari yang diperkirakan? Dengan melakukan evaluasi secara rutin, kamu bisa mengidentifikasi area mana yang perlu diperbaiki dan membuat penyesuaian pada anggaran di periode berikutnya.

Dengan mengikuti langkah-langkah sederhana ini, kamu sudah bisa membuat anggaran dasar untuk bisnismu. 

Ingatlah bahwa pengelolaan keuangan bisnis tidak hanya berhenti pada pembuatan anggaran. 

Masih banyak aspek lain yang perlu kamu pelajari untuk memastikan bisnismu sehat secara finansial.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

94 ÷ = 47
Powered by MathCaptcha