KAMAKAMU – Pernahkah kamu melihat produk-produk dengan desain klasik yang kembali populer di kalangan anak muda?
Mulai dari motor Vespa, Nike Air Jordan, hingga gaya berpakaian oversized yang mengingatkan kita pada era 80-an dan 90-an.
Fenomena ini dikenal sebagai retro branding, di mana merek-merek menghadirkan kembali desain dan gaya klasik yang pernah populer di masa lalu.
Evolusi Tren dan Literasi Generasi Z
Dilansir dari YouTube Marketeers TV Salah satu alasan utama mengapa retro branding bisa diterima dengan baik adalah karena tren memang cenderung berulang.
Generasi Z, yang lahir dan tumbuh di era digital, memiliki akses luas ke informasi melalui internet.
Strategi Marketing Sprite Menghilangkan Label Plastik di Botol
Mereka dengan mudah menemukan dan mempelajari tren-tren lama yang pernah populer di masa lalu.
Selain itu, mereka juga memiliki kreativitas tinggi untuk memodifikasi produk-produk warisan orang tua agar sesuai dengan gaya mereka.
Kredibilitas dan Nostalgia
Tampilan retro memberikan kesan bahwa sebuah merek memiliki pengalaman panjang dan kredibilitas yang kuat.
Hal ini menciptakan persepsi positif di benak konsumen, seolah-olah merek tersebut adalah warisan yang telah eksis sejak lama.
Tidak hanya itu, retro branding juga memicu nostalgia, terutama bagi generasi X yang pernah mengalami langsung tren-tren tersebut di masa lalu.
Paradoks Otak Manusia: Kebaruan dan Familiaritas
Otak manusia memiliki paradoks antara keinginan akan kebaruan dan kebutuhan akan familiaritas.
Kita menyukai hal-hal baru karena memicu ekspektasi dan dopamin, tetapi kita juga membutuhkan rasa aman dan kepastian yang diberikan oleh hal-hal yang familiar.
Retro branding berhasil menggabungkan keduanya, menghadirkan gaya klasik yang familiar dengan sentuhan baru dan teknologi yang lebih baik.
Pengaruh Sosial dan FOMO
Media sosial memainkan peran penting dalam penyebaran tren retro branding. Semakin banyak orang yang mengadopsi gaya hidup retro, semakin besar pula pengaruhnya terhadap orang lain.
Hal ini menciptakan fear of missing out (FOMO), di mana orang-orang merasa takut ketinggalan tren dan akhirnya ikut mengadopsinya.
Pentingnya Konsistensi Merek
Meskipun retro branding menawarkan peluang menarik, penting bagi pemilik merek untuk tidak mengadopsinya secara berlebihan, kecuali jika merek tersebut memang ingin memposisikan diri seperti itu.
Konsistensi adalah kunci dalam membangun merek yang kuat. Tren akan terus berganti, dan mengadopsi gaya retro secara habis-habisan dapat merusak konsistensi merek.
Penerapan Retro Branding oleh Merek-Merek Terkenal
Beberapa merek terkenal telah berhasil menerapkan retro branding dengan bijak. Garuda Indonesia, misalnya, memiliki satu atau dua pesawat dengan desain retro di antara puluhan pesawat lainnya.
Yamaha dan Kawasaki juga memiliki beberapa model motor dengan gaya retro, tetapi tetap mempertahankan esensi merek mereka. Hal ini menunjukkan bahwa retro branding dapat menjadi strategi yang efektif jika diterapkan dengan seimbang.
Kesimpulan
Retro branding adalah fenomena menarik yang menunjukkan bagaimana gaya klasik dapat kembali digandrungi oleh generasi muda. Dengan memahami alasan di balik tren ini, merek-merek dapat memanfaatkannya untuk menarik perhatian konsumen dan memperkuat citra merek mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa konsistensi merek tetap menjadi prioritas utama.*