KAMAKAMU – Banyak yang sudah paham kalau berjualan itu butuh modal. Tapi, tahukah kamu berapa sebenarnya harga modal produk yang kamu jual?
Jangan-jangan selama ini kamu masih menghitungnya secara kira-kira. Yuk, simak ulasan lengkap tentang cara menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) yang tepat untuk usaha kecilmu!
Dilansir dari YouTube Kelly Patricia Semua orang pasti setuju bahwa modal adalah fondasi penting dalam berjualan.
Namun, seringkali para pelaku usaha, terutama yang baru memulai, belum memiliki pemahaman yang mendalam mengenai perhitungan harga modal produk mereka.
Mustahil Bisnis Autopilot, Ini yang Justru Wajib Kamu Lakukan
Alih-alih menghitung dengan akurat, tak jarang perhitungan masih dilakukan secara perkiraan.
Nah, agar bisnismu semakin berkembang dan keuntungan bisa dioptimalkan, penting sekali untuk memahami cara menghitung harga modal dengan benar.
Sebenarnya, konsep harga modal dalam akuntansi dikenal dengan istilah Harga Pokok Penjualan (HPP).
Dalam laporan keuangan, HPP ini posisinya tepat di bawah pendapatan penjualan.
Jadi, HPP mencerminkan biaya-biaya yang secara langsung terkait dengan penjualan atau produksi produk atau jasa yang kamu tawarkan.
Lebih lanjut, biaya-biaya ini bersifat variabel, artinya akan ikut meningkat seiring dengan kenaikan penjualan.
Lantas, apa saja sih yang termasuk dalam HPP?
Biaya-biaya yang masuk kategori ini adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung untuk menghasilkan atau menjual produk atau jasa.
Contoh paling mudah adalah bahan baku untuk produk.
Sementara itu, biaya-biaya lain yang sifatnya lebih tetap, seperti gaji karyawan atau biaya listrik, memiliki kategori tersendiri dalam laporan keuangan, bisa masuk ke biaya operasional, investasi, atau pendanaan.
Namun, fokus kita kali ini adalah pada perhitungan HPP untuk bisnis produk dan jasa.
Menghitung HPP untuk Bisnis Produk
Untuk bisnis produk, perhitungan HPP sedikit berbeda antara bisnis reseller dan bisnis produksi.
Jika kamu adalah seorang reseller yang menjual kembali produk dari supplier tanpa melakukan banyak pengolahan, cara menghitung HPP-nya cukup sederhana.
Kamu hanya perlu menjumlahkan harga beli produk dari supplier dengan biaya tambahan (jika ada) untuk memodifikasi produk sebelum dijual kembali, misalnya biaya pengemasan atau stiker merek.
Sebagai contoh, katakanlah kamu membeli sebuah baju dari supplier seharga Rp50.000.
Kemudian, kamu menambahkan biaya sebesar Rp2.000 untuk membuat kartu ucapan terima kasih dan mengemas ulang produk tersebut agar lebih menarik.
Dengan demikian, HPP untuk satu unit baju tersebut adalah Rp50.000 + Rp2.000 = Rp52.000.
Berbeda halnya jika kamu menjalankan bisnis produksi, di mana kamu membeli bahan baku dan mengolahnya sendiri menjadi produk jadi.
Proses perhitungan HPP untuk bisnis produksi memang sedikit lebih kompleks. Namun, untuk skala bisnis yang masih sederhana, seperti kios minuman atau ayam geprek, kamu masih bisa melakukannya sendiri.
Ambil contoh bisnis ayam geprek. Misalkan untuk satu porsi ayam geprek, kamu membutuhkan 100 gram ayam, 20 gram cabai, 100 gram beras, dan satu kemasan.
Harga beli bahan baku dari supplier adalah Rp40.000 per kilogram untuk ayam, Rp70.000 per kilogram untuk cabai, Rp10.000 per kilogram untuk beras, dan Rp150.000 untuk 100 kemasan.
Maka, perhitungan HPP per porsi adalah sebagai berikut: harga ayam (100 gram) = (100/1000) * Rp40.000 = Rp4.000, harga cabai (20 gram) = (20/1000) * Rp70.000 = Rp1.400, harga beras (100 gram) = (100/1000) * Rp10.000 = Rp1.000, dan harga kemasan = Rp150.000 / 100 = Rp1.500. Jadi, total HPP untuk satu porsi ayam geprek adalah Rp4.000 + Rp1.400 + Rp1.000 + Rp1.500 = Rp7.900.
Menghitung HPP untuk Bisnis Jasa
Mungkin kamu berpikir bisnis jasa tidak memiliki HPP. Pendapat itu kurang tepat.
Meskipun tidak memiliki bahan baku sebanyak bisnis produk, hampir tidak ada bisnis jasa yang sepenuhnya mengandalkan tenaga manusia tanpa adanya penggunaan bahan atau perlengkapan pendukung.
Agar lebih mudah dipahami, mari kita ambil contoh bisnis dekorasi pesta.
Dalam bisnis dekorasi, terdapat pilihan penggunaan bunga asli atau bunga buatan.
Jika pelanggan memilih bunga asli, maka biaya pembelian bunga dari supplier akan dimasukkan ke dalam HPP karena bunga segar hanya dapat digunakan untuk satu pesanan saja.
Setelah acara selesai, bunga tersebut tidak bisa digunakan kembali. Berbeda dengan bunga buatan yang dapat digunakan berulang kali.
Dalam hal ini, bunga buatan lebih dianggap sebagai aset bisnis yang disewakan, sehingga biaya awalnya tidak langsung masuk ke dalam HPP setiap pesanan.
Selain bahan baku langsung, bisnis jasa juga perlu memperhitungkan biaya tenaga kerja langsung ke dalam HPP.
Tenaga kerja langsung ini berbeda dengan gaji bulanan yang bersifat tetap.
Tenaga kerja langsung adalah upah yang dibayarkan berdasarkan output, penjualan, atau per jam kerja yang secara langsung terkait dengan produksi atau layanan.
Contohnya, dalam bisnis dekorasi, selain gaji pokok bulanan, tim yang bertugas mendekorasi dan membongkar dekorasi di lokasi acara seringkali mendapatkan bonus per acara.
Bonus inilah yang termasuk dalam kategori tenaga kerja langsung. Selain itu, biaya transportasi tim ke lokasi acara juga termasuk dalam HPP bisnis jasa.
Rumus Praktis Menghitung HPP Bulanan
Setelah mengetahui cara menghitung HPP untuk satu produk atau satu pesanan, perlu diingat bahwa dalam laporan keuangan, HPP dicatat dalam total selama satu bulan, bukan per produk.
Tentu akan sangat merepotkan jika kamu harus menghitung HPP setiap produk secara manual, terutama jika bisnismu bergerak di bidang makanan dan minuman dengan ratusan pesanan setiap harinya.
Oleh karena itu, ada rumus shortcut yang bisa kamu gunakan untuk menghitung HPP bulanan dengan lebih efisien.
Kamu hanya perlu melakukan tiga hal setiap akhir bulan: stock opname (menghitung persediaan akhir), mencatat setiap pembelian atau restock bahan baku baru, dan menghitung total biaya tenaga kerja langsung. Rumusnya adalah:
Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir + Tenaga Kerja Langsung = HPP (Harga Pokok Penjualan)
Persediaan awal adalah nilai stock opname di akhir bulan sebelumnya, sedangkan persediaan akhir adalah nilai stock opname di akhir bulan berjalan.
Angka pembelian adalah total biaya pembelian atau restock bahan baku selama bulan berjalan.
Terakhir, tambahkan total biaya tenaga kerja langsung yang dibayarkan selama bulan tersebut. Dengan rumus ini, kamu akan mendapatkan total HPP bisnismu dalam satu bulan.
Dengan memahami cara menghitung HPP yang tepat, kamu akan memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai modal yang dibutuhkan untuk setiap produk atau jasa yang kamu jual.
Langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah menghitung Break Even Point (BEP) atau titik impas bisnismu.
Dengan mengetahui BEP, kamu akan tahu berapa banyak produk atau jasa yang harus kamu jual agar bisnismu tidak lagi merugi dan mulai menghasilkan keuntungan.
Jadi, pastikan kamu juga mempelajari cara menghitung BEP agar bisnismu semakin sukses.*