Prinsip Dasar Bisnis yang Jarang Dilupakan Orang

  • Bagikan
Ilustrasi prinsip dasar dalam berbisnis Freepik Benzoix
Ilustrasi prinsip dasar dalam berbisnis Freepik Benzoix

KAMAKAMU – Tujuan utama dari berbisnis seringkali kita rangkai dalam benak: memuaskan pelanggan, memberikan keuntungan bagi perusahaan, menafkahi keluarga serta karyawan, dan bahkan sebagai amunisi untuk beribadah.

Tentunya, semua ini berada dalam koridor syariah, yaitu prinsip halal dan thayyib (baik).

Namun, muncul sebuah pertanyaan mendasar, jika tujuan bisnis begitu mulia, mengapa terkadang kita temui praktik penjualan yang penuh trik dan manipulasi?

2 Penyakit Pemimpin yang Meruntuhkan Bisnis

Mari kita telaah lebih dalam mengenai formula dasar jual beli dan pentingnya integritas dalam berbisnis.

Memahami Harga dan Value dalam Transaksi Jual Beli

Dilansir dari YouTube Jaya Setiabudi untuk memahami lebih jauh, mari kita bedah konsep harga dan value.

Harga adalah sejumlah pengorbanan, baik materi seperti uang, maupun non-materi seperti waktu, tenaga, dan upaya yang kita keluarkan untuk memperoleh sebuah produk.

Di sisi lain, value adalah nilai yang diharapkan oleh konsumen sebelum mereka benar-benar menggunakan produk atau jasa tersebut.

Value ini bisa bersifat rasional, contohnya adalah fungsi produk, kualitas bahan, dan konten yang ditawarkan.

Selain itu, value juga bisa bersifat emosional, meliputi layanan yang diberikan, model atau desain produk, konteks atau atmosfer yang dibangun, endorser yang digunakan, hingga sejarah atau reputasi merek.

Fenomena konsumen yang rela mengantri panjang untuk membeli suatu produk adalah bukti nyata bahwa value yang mereka harapkan lebih besar atau setidaknya setara dengan harga yang harus dibayar.

Dampak Keseimbangan Harga dan Value Terhadap Kepuasan Pelanggan

Setelah pembelian terjadi dan konsumen merasakan langsung produk atau jasa yang ditawarkan, barulah muncul penilaian sesungguhnya.

Apakah value yang didapatkan sesuai dengan ekspektasi awal?

Jika jawabannya adalah ya, bahkan lebih, maka kepuasan pelanggan akan tercipta.

Kepuasan ini tidak hanya berwujud dalam doa baik, tetapi juga membuka pintu keberkahan, pembelian berulang (repeat order), rekomendasi kepada orang lain (referral), dan bahkan testimoni positif.

Sebaliknya, jika harga yang dibayarkan terasa terlalu mahal dibandingkan dengan value yang diterima, maka kekecewaan tak terhindarkan.

Kekecewaan ini, meskipun seringkali dipendam oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, memiliki dampak jangka panjang yang merugikan.

Bisnis mungkin tetap berjalan dan terlihat ramai, namun sebenarnya sedang menambah daftar pelanggan yang merasa tertipu.

Lambat laun, ketidakpuasan ini akan terakumulasi dan menyebabkan penurunan grafik penjualan secara tiba-tiba, hingga akhirnya bisnis terancam gulung tikar.

Mengukur Kesuksesan Bisnis yang Berkelanjutan

Sayangnya, masih ada pandangan keliru yang menganggap bahwa kesuksesan bisnis hanya diukur dari kemampuan untuk balik modal atau meraih keuntungan semata.

Pemikiran ini sungguh berbahaya karena mengabaikan dampak negatif yang dirasakan oleh konsumen yang dirugikan.

Kita perlu menyadari bahwa setiap tindakan kita akan membawa konsekuensi, termasuk risiko dosa dan hilangnya ridha Allah, terutama jika cara yang kita gunakan tidak thayyib dan menyebabkan kerugian bagi orang lain.

Doa orang yang terzalimi memiliki kekuatan yang besar.

Bayangkan jika kekecewaan pelanggan berujung pada doa buruk yang tidak hanya tertuju pada pelaku bisnis, tetapi juga kepada keluarga dan orang-orang yang kita cintai.

Alangkah baiknya jika kita mengedepankan kejujuran dan integritas, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Memuaskan Pelanggan dengan Cara yang Halal dan Thayyib

Lantas, apa sebenarnya yang mendorong perilaku manipulatif dalam berbisnis?

Beberapa faktor mungkin menjadi penyebabnya, mulai dari keserakahan, pengaruh guru atau mentor yang kurang tepat, hingga ekosistem dan sistem bisnis yang sudah terdistorsi sehingga menganggap manipulasi sebagai hal yang wajar.

Namun, kita tidak bisa serta-merta menyalahkan konsumen yang merasa tertipu karena kurang teliti.

Kita perlu kembali kepada kaidah awal berbisnis yang benar: pertama, memuaskan pelanggan; kedua, menguntungkan perusahaan dalam koridor syariah, yaitu halal dan thayyib.

Jika kita bingung apakah suatu trik pemasaran yang kita gunakan sesat atau tidak, langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah bertanya kepada diri sendiri: apakah tindakan ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW?

Meskipun teknologi dan media terus berkembang, prinsip dasar bisnis yang saling meridhai dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain seharusnya tetap menjadi landasan utama.

Kita perlu berhati-hati dalam menafsirkan dalil agama untuk membenarkan praktik manipulasi.

Bahkan dalam kondisi perang sekalipun, Rasulullah SAW tetap mengedepankan amanah dan mengembalikan titipan harta kepada pemiliknya.

Membangun Bisnis yang Bertahan Lama dengan Integritas

Perhatikanlah bisnis-bisnis yang telah bertahan puluhan tahun dan tetap ramai diminati.

Pola sukses sejati mereka jelas berawal dari produk atau layanan yang mampu memuaskan pelanggan.

Meskipun pertumbuhan awal mungkin terasa lebih lambat dibandingkan dengan menggunakan trik-trik instan, pertumbuhan yang organik dan didasari oleh kepuasan pelanggan akan jauh lebih stabil dan membawa keberkahan yang langgeng.

Pertumbuhan yang tidak sehat dan terburu-buru justru berpotensi mengurangi keberkahan rezeki.

Oleh karena itu, mari kita manfaatkan teknologi dan berbagai platform promosi yang ada dengan cara yang jujur dan tidak manipulatif.

Semoga kita semua senantiasa dikumpulkan dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama dalam meraih keberkahan.

Kesimpulan

Berbisnis bukan hanya tentang keuntungan materi semata, tetapi juga tentang membangun hubungan yang baik dengan pelanggan dan menjalankan usaha dengan integritas sesuai dengan prinsip syariah.

Mengutamakan kepuasan pelanggan melalui produk dan layanan yang berkualitas serta proses transaksi yang jujur akan membawa keberkahan dan kesuksesan bisnis yang berkelanjutan.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 38 = 46
Powered by MathCaptcha