KAMAKAMU – Burung puyuh mungkin terdengar sederhana, tetapi ternyata memiliki potensi bisnis yang menjanjikan. Agustiawan, seorang peternak asal Desa Sriwedari, Dusun Dukuh, Magelang, berhasil membuktikan bahwa peternakan burung puyuh bisa menjadi ladang penghasilan yang stabil.
Bermula pada tahun 2017, ia memanfaatkan gudang kosong di rumahnya untuk memulai usaha ini. Dengan perawatan sederhana dan perputaran modal yang cepat, kini bisnisnya berkembang pesat.
Mengapa Memilih Beternak Burung Puyuh?
Dilansir dari YouTube Dilansir dari YouTube Ronarene VLOG, Agustiawan memilih beternak burung puyuh karena beberapa alasan. Pertama, perputaran modal lebih cepat dibandingkan dengan jenis unggas lainnya.
Cara Memulai dan Mengelola Usaha Sayuran agar Menguntungkan
Harga telur puyuh cenderung stabil, perawatan lebih mudah, dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Selain itu, seluruh hasil ternak burung puyuh dapat dijual, mulai dari telur, daging, hingga kotorannya yang memiliki nilai ekonomis.
Untuk memulai usaha ini, diperlukan modal sekitar Rp15-16 juta per seribu ekor burung, termasuk bibit, pakan, dan kandang. Dari investasi tersebut, Agustiawan berhasil memanfaatkan peluang pasar, termasuk menjual kotoran burung puyuh untuk budidaya cacing sutra dan perikanan.
Tantangan dan Solusi dalam Beternak Puyuh
Meski terlihat sederhana, beternak burung puyuh memiliki tantangan, seperti bau kotoran yang lebih menyengat dibandingkan unggas lain. Namun, Agustiawan mengatasinya dengan membersihkan kandang setiap hari untuk mengurangi bau dan menjaga kesehatan burung.
Tantangan lain adalah penyakit yang dapat menyerang burung puyuh, seperti flu burung dan bakteri coli. Agustiawan menekankan pentingnya menjaga kebersihan minuman burung dan memastikan sirkulasi udara serta pencahayaan di kandang berjalan dengan baik. Hal ini terbukti efektif dalam menjaga produktivitas telur.
Agustiawan memilih jenis burung puyuh fiksi karena memiliki kualitas unggul. Jenis ini menghasilkan telur dengan kualitas baik, memiliki tingkat kematian yang rendah, dan harga jual akhir yang lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya.
Untuk menjaga produktivitas, ia memanfaatkan pakan khusus petelur dan mengganti burung yang produktivitasnya menurun setelah umur 12 bulan.
Manajemen Waktu dan Efisiensi
Beternak burung puyuh ternyata tidak memakan waktu banyak. Aktivitas harian hanya meliputi memberi makan, mengambil telur, dan membersihkan kandang. Dengan populasi mencapai 15.000 ekor, Agustiawan mampu menghasilkan sekitar 150 kilogram telur per hari.
Kemitraan sebagai Solusi Bisnis
Agustiawan memilih bergabung dengan kemitraan yang berpusat di Yogyakarta. Kemitraan ini memberikan banyak manfaat, seperti dukungan konsultasi, pengadaan bibit, dan pakan. Selain itu, jika terjadi masalah seperti penyakit atau musibah, kemitraan membantu mengelola afkiran burung untuk meminimalkan kerugian.
Kesimpulan
Kisah sukses Agustiawan menunjukkan bahwa peternakan burung puyuh memiliki potensi besar jika dikelola dengan baik. Dengan modal awal yang terjangkau, perawatan yang sederhana, dan pasar yang luas, usaha ini cocok bagi mereka yang ingin memulai bisnis di sektor peternakan. Kombinasi antara manajemen yang baik, kemitraan, dan inovasi dalam memanfaatkan hasil ternak menjadi kunci keberhasilan usaha ini.*