KAMAKAMU – Pernah gak sih kamu bertanya-tanya, kenapa banyak banget penjual baru di e-commerce yang bukannya sukses malah gagal?
Mungkin kedengarannya pahit, tapi faktanya memang seperti itu.
Namun, kabar baiknya, hal ini sebenarnya bisa dihindari kalau kamu memahami beberapa hal mendasar yang akan kita bahas kali ini.
Jadi, pastikan kamu simak artikel ini sampai akhir karena ada beberapa poin penting yang kalau kamu lewatkan, bisa bikin toko online-mu susah berkembang.
7 Langkah Jitu Bikin Bisnismu Meledak di Dunia Online
Perbedaan Persaingan Online vs Offline
Dilansir dari YouTube Yohan Agustian salah satu alasan utama mengapa 80% penjual baru gagal adalah karena perbedaan signifikan antara persaingan di dunia online dan offline.
Jika di dunia offline lokasi strategis dan reputasi toko bisa menjadi keunggulan, di dunia online situasinya jauh berbeda.
Kamu akan bersaing secara langsung dengan ribuan, bahkan jutaan penjual lainnya dari seluruh Indonesia, bahkan dunia, untuk mendapatkan perhatian pembeli.
Tak heran, banyak yang merasa kewalahan dan akhirnya menyerah.
Penyebab Utama Kegagalan Penjual Baru di E-commerce
Lantas, apa saja sebenarnya penyebab utama kegagalan para penjual baru ini?
1. Produk yang Tidak Sesuai dengan Pasar (Market Fit)
Penyebab pertama dan paling sering ditemui adalah produk yang tidak market fit.
Pengalaman kami di salah satu agensi UMKM terbesar di Indonesia menunjukkan bahwa banyak penjual yang datang dengan produk yang jujur saja, sulit untuk dipasarkan.
Meskipun terkadang ada kejutan di mana produk yang awalnya diragukan ternyata laku, namun tak sedikit pula produk yang memang tidak memiliki potensi pasar.
Daripada kamu menghabiskan banyak investasi untuk produk yang sulit dijual, lebih baik kamu mengganti produk dengan yang memiliki potensi pasar lebih besar.
Untuk menciptakan produk yang market fit, riset adalah kunci utama.
Manfaatkan berbagai tools seperti Google Trends untuk melihat tren pencarian, menganalisis permintaan pasar, dan mengidentifikasi produk apa yang sedang atau akan populer.
Dengan riset yang matang, kamu bisa meminimalisir risiko produkmu tidak laku.
Sayangnya, banyak penjual baru yang cenderung menjual apa adanya tanpa melakukan riset yang mendalam.
2. Kurangnya Riset Kompetitor
Selain riset produk, riset kompetitor juga sangat penting.
Sebelum kamu memutuskan untuk menjual sesuatu, coba identifikasi siapa saja pemain besar di pasar tersebut.
Misalnya, jika kamu ingin menjual laptop canggih, pesaingmu bisa jadi merek-merek besar dengan reputasi kuat.
Memahami posisi dan strategi kompetitor akan membantumu menentukan positioning yang tepat untuk produkmu.
Penting untuk diingat bahwa hampir semua jenis produk pasti sudah memiliki pemain dominan.
Namun, bukan berarti tidak ada celah untukmu.
Justru, cobalah cari niche market yang lebih spesifik dan belum banyak pemainnya.
Semakin spesifik pasar yang kamu targetkan, semakin besar peluangmu untuk menjadi market leader di area tersebut.
Contohnya, alih-alih membuka agensi digital marketing umum, fokus pada agensi digital marketing khusus UMKM seperti yang kami lakukan beberapa tahun lalu, di mana saat itu belum banyak pemainnya.
3. Tidak Siap dengan Berbagai Kemungkinan.
Penjual yang sukses selalu siap dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Ambil contoh saat pandemi COVID-19, permintaan masker melonjak drastis.
Namun, ketika pandemi mereda, permintaan masker pun menurun.
Penjual yang tidak memiliki rencana cadangan atau diversifikasi produk akan kesulitan.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memikirkan skenario terburuk dan menyiapkan solusi alternatif.
Contoh lain, bagi kamu yang berjualan produk herbal, mungkin saat ini merasakan sulitnya berjualan di TikTok Shop karena berbagai pelanggaran dan pembatasan.
Bahkan, ada bocoran bahwa di tahun 2025, produk pelangsing hampir tidak bisa lagi dipromosikan di TikTok.
Jika kamu hanya mengandalkan satu platform, kamu akan kelabakan ketika terjadi perubahan kebijakan.
Belajar untuk melakukan shifting strategi dan platform adalah kunci keberlangsungan bisnismu.
4. Tidak Memiliki Strategi Jualan yang Jelas.
Sebelum mulai berjualan, kamu harus memiliki strategi yang jelas. Siapa target pasarmu?
Di mana kamu bisa menemukan mereka? Jangan hanya berpikir produkmu akan dibeli oleh “semua orang,” karena pada kenyataannya, tidak ada produk yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Rancang strategi yang spesifik untuk target pasarmu.
Strategi ini juga harus fleksibel Jika cara A tidak berhasil, segera coba cara B, C, D, dan seterusnya, sampai kamu menemukan formula yang tepat.
Terkadang, kamu juga perlu mempertimbangkan untuk mengganti produk jika memang tidak sesuai dengan platform jualan yang kamu pilih.
Misalnya, jika kamu ingin sukses di Shopee, pahami karakteristik pembeli di Shopee dan sesuaikan produkmu dengan preferensi mereka.
5. Kurangnya Evaluasi
Langkah terakhir dan tidak kalah penting adalah evaluasi.
Setelah kamu melakukan berbagai upaya penjualan, analisis hasilnya.
Apakah kamu untung atau rugi? Jika rugi, identifikasi penyebabnya dan cari tahu apakah ada potensi bisnismu bisa menghasilkan keuntungan.
Di dunia bisnis, buka tutup bisnis adalah hal yang wajar.
Jika suatu lini bisnis terus merugi dan tidak ada harapan untuk perbaikan, terkadang keputusan terbaik adalah menghentikannya dan mencoba peluang baru. Pastikan evaluasimu jelas dan terukur Kamu harus tahu mengapa kamu menang atau mengapa kamu kalah.
Dengan memahami faktor-faktor tersebut, kamu akan lebih mudah mengambil keputusan yang tepat untuk mengembangkan bisnismu.
Buat kamu yang merasa semua ini terlalu berat, jangan khawatir!
Ada program pendampingan konsultan yang bisa membantumu mengembangkan bisnismu.
Melalui program ini, kamu akan mendapatkan insider info tentang berbagai platform, strategi penjualan, dan step-by-step rencana untuk mencapai kesuksesan.
Sebagai penutup, jika kamu masih memiliki pertanyaan, jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar.*