KAMAKAMU – Bagi para pengusaha berkolaborasi atau menjalin kemitraan dengan pihak lain bisa menjadi langkah strategis yang sangat menguntungkan.
Namun, agar kerjasama ini berjalan lancar dan efektif, penting untuk memahami berbagai skema hitung-hitungannya.
Artikel ini akan membahas beberapa pola kerjasama bisnis yang umum digunakan serta tips untuk memastikan kesepakatan yang adil dan menguntungkan sebagaimana dikutip Kamakamu.com dari kanal YouTube Dewa Eka Prayoga pada 1 Agustus 2024.
10 Rekomendasi Bisnis Menjanjikan di Tahun 2024
1. Pola Gaji dan Bonus
Banyak perusahaan menerapkan sistem gaji dan bonus sebagai salah satu pola kerjasama.
Mitra atau karyawan menerima gaji pokok dan bonus tambahan yang disesuaikan dengan pencapaian target.
Ini bisa berupa pembayaran bonus berdasarkan pencapaian target penjualan, di mana misalnya, jika omzet mencapai angka tertentu, maka bonus yang diberikan pun meningkat sesuai dengan kesepakatan awal.
2. Pola Bagi Hasil
Bagi hasil adalah skema di mana keuntungan dari bisnis dibagi antara para pihak sesuai dengan persentase yang telah disepakati.
Dalam pola ini, mitra tidak mendapatkan gaji tetap, melainkan bagian dari keuntungan yang diperoleh dari bisnis.
Pembagian hasil ini bisa dilakukan berdasarkan kontribusi masing-masing pihak dalam bisnis, seperti 70-30 atau 50-50, tergantung pada kesepakatan awal.
Penting untuk menetapkan persentase bagi hasil dengan jelas sejak awal agar tidak timbul masalah di kemudian hari.
3. Pola Pembayaran Berdasarkan Omzet
Skema pembayaran ini didasarkan pada omzet atau hasil penjualan yang diperoleh.
Mitra atau karyawan akan mendapatkan bagian dari omzet yang dihasilkan, biasanya dalam bentuk persentase.
Sebagai contoh, jika omzet mencapai satu miliar rupiah, maka mitra akan mendapatkan persentase tertentu dari jumlah tersebut.
Metode ini memudahkan dalam menghitung pembayaran karena langsung terkait dengan hasil penjualan.
4. Pola Pembayaran Berdasarkan Produk Terjual
Dalam pola ini, pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah produk yang terjual. Misalnya, setiap produk yang terjual menghasilkan pembayaran tetap untuk mitra atau karyawan.
Jika harga produk adalah 10.000 rupiah dan pembayaran untuk setiap produk adalah 5.000 rupiah, maka jika terjual 10.000 unit, total pembayaran adalah 50.000.000 rupiah.
Metode ini berguna untuk bisnis dengan produk yang dapat diukur secara langsung.
5. Pola Pembayaran Berdasarkan Laba Kotor
Kita melakukan pembayaran berdasarkan laba kotor setelah mengurangi biaya produksi dan operasional.
Dalam pola ini, bisnis memberikan bagian dari laba kotor yang dihasilkan kepada mitra atau karyawan.
Misalnya, jika kita memperoleh laba kotor sebesar 200 juta rupiah setelah mengurangi biaya produksi, maka kita akan memberikan persentase dari laba tersebut kepada mitra sesuai kesepakatan.
6. Pola Pembayaran Berdasarkan Laba Bersih
Skema ini melibatkan pembagian laba bersih setelah semua biaya, termasuk biaya operasional dan pajak, telah dikurangi.
Mitra atau karyawan akan mendapatkan bagian dari laba bersih yang dihasilkan oleh bisnis. Ini berarti, jika laba bersih setelah semua pengeluaran adalah 100 juta rupiah, maka mitra akan menerima bagian dari jumlah tersebut sesuai kesepakatan.
7. Pola Jual-Beli Putus
Dalam pola jual-beli putus, kerjasama dilakukan dengan metode jual beli yang jelas.
Setelah kesepakatan awal, pihak mitra akan menerima pembayaran penuh untuk kontribusinya, dan hubungan kerja berakhir pada saat itu.
Misalnya, jika seorang mitra menjual produk dengan harga 10.000 rupiah per unit, maka setelah mencapai kesepakatan, semua hak dan kewajiban berakhir setelah pembayaran dilakukan.
8. Faktor Legal dan Struktur Kepemilikan
Saat melakukan kerjasama bisnis, penting juga untuk mempertimbangkan aspek legal dan struktur kepemilikan.
Pihak-pihak yang terlibat wajib menentukan peran dan saham masing-masing secara jelas dan mencantumkannya dalam perjanjian.
Ini termasuk menentukan posisi masing-masing, seperti direktur atau komisaris, serta persentase saham yang dimiliki.
Memilih pola kerjasama bisnis yang tepat sangat penting untuk keberhasilan sebuah usaha. Setiap pola memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pilihan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi bisnis.
Dengan pemahaman yang baik tentang skema kerjasama, diharapkan dapat terjalin kerjasama yang harmonis dan menguntungkan bagi semua pihak
Jangan lupa untuk selalu melakukan perjanjian secara tertulis dan memastikan semua pihak memahami hak dan kewajibannya.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda yang sedang mempertimbangkan untuk menjalin kerjasama bisnis.*