KAMAKAMU – Marketing sering dianggap bukan ilmu pasti seperti matematika atau teknik.
Tapi bukan berarti kamu bisa asal pakai feeling saja.
Justru, ada banyak framework yang bisa membantu meningkatkan peluang keberhasilan dalam strategi marketing.
Kesalahan Umum dalam Marketing yang Harus Kamu Hindari
Salah satu pemikiran yang keliru adalah menganggap marketing sebagai sesuatu yang sepenuhnya berdasarkan intuisi.
Padahal, marketing merupakan kombinasi antara seni dan sains.
Ada aspek yang bisa dianalisis dan diprediksi, meskipun tetap ada fleksibilitas dalam penerapannya.
Mengenal Framework dalam Marketing
Dilansir dari YouTube Marketeers TV Dalam dunia marketing, framework berfungsi sebagai panduan untuk membantu memahami pola perilaku konsumen.
Framework ini bukanlah rumus pasti yang selalu berhasil, tapi memberikan struktur untuk memperbesar peluang sukses.
Dua framework yang paling sering digunakan adalah Marketing Funnel dan Flywheel.
Marketing Funnel
Framework Marketing Funnel sering digambarkan sebagai segitiga terbalik yang menunjukkan bagaimana konsumen bergerak dari satu tahap ke tahap lainnya. Funnel ini terbagi menjadi tiga bagian utama:
- Upper Funnel (Awareness) – Tahap di mana calon pelanggan pertama kali mengenal brand kamu.
- Middle Funnel (Consideration) – Mereka mulai mempertimbangkan produk atau layanan yang kamu tawarkan.
- Bottom Funnel (Conversion) – Konsumen akhirnya melakukan pembelian.
Prinsip utama dari funnel ini adalah bahwa tidak semua orang yang masuk di tahap awal akan sampai ke tahap akhir.
Oleh karena itu, memperbesar input (awareness) akan meningkatkan kemungkinan mendapatkan lebih banyak pembeli.
Flywheel
Selain Marketing Funnel, ada juga Flywheel Framework yang semakin populer dengan perkembangan teknologi digital.
Jika funnel berbentuk segitiga terbalik, maka flywheel berbentuk lingkaran, yang artinya prosesnya terus berulang. Framework ini memiliki tiga fase utama:
- Attract – Menarik perhatian konsumen, mirip dengan awareness dalam funnel.
- Engage – Membangun hubungan dan keterlibatan dengan brand.
- Delight – Membuat pelanggan puas dan mendorong mereka untuk terus menggunakan produk atau layanan.
Flywheel lebih cocok digunakan dalam bisnis berbasis digital, di mana data konsumen dapat dipantau secara real-time. Contohnya, aplikasi e-wallet atau layanan streaming musik bisa melihat apakah pengguna masih aktif dan kemudian melakukan strategi retensi.
Funnel atau Flywheel?
Kedua framework ini punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Marketing Funnel lebih cocok untuk produk dengan siklus pembelian pendek, seperti makanan ringan atau fashion.
Flywheel lebih efektif untuk bisnis digital dan layanan berlangganan yang ingin mempertahankan pelanggan dalam jangka panjang.
Namun, jika bisnis kamu berhubungan dengan produk yang jarang dibeli, seperti properti atau mobil, maka Flywheel bisa jadi kurang efektif.
Karena itu, penting untuk menyesuaikan framework dengan karakteristik produk dan perilaku konsumen.
Kesimpulan
Framework dalam marketing bukan sekadar teori, tapi alat yang bisa membantu kamu menyusun strategi yang lebih efektif.
Untuk memilih framework yang tepat, kamu harus memahami perjalanan konsumen dan siklus pembelian produk kamu.
Apakah lebih cocok menggunakan Marketing Funnel atau Flywheel?
Memahami dan menerapkan framework yang sesuai bisa meningkatkan efektivitas marketing kamu, baik dalam menarik pelanggan baru maupun mempertahankan pelanggan lama. Jadi, jangan hanya mengandalkan feeling, gunakan strategi yang sudah terbukti berhasil!.*