Etika Makan di Hajatan Menurut Buya Yahya

  • Bagikan
Ilustrasi etika makan di hajatan nikah menurut Buya Yahya RRI
Ilustrasi etika makan di hajatan nikah menurut Buya Yahya / RRI

KAMAKAMU – Dalam kehidupan sehari-hari, menghadiri undangan atau bertamu ke rumah seseorang adalah bagian dari budaya sosial yang harus dijaga adabnya, simak etika makan menurut Buya Yahya di saat pesta hajatan.

Buya Yahya, seorang ulama kharismatik asal Cirebon, menjelaskan pentingnya menghormati tuan rumah, terutama ketika menyajikan makanan.

Apa saja hal yang perlu diperhatikan saat bertamu? Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap dari ceramah Buya Yahya yang bisa menjadi acuan untuk kamu gunakan.

Punya Uang tapi Belum Daftar Haji, Begini Kata Buya Yahya

Makan dengan Rasa Syukur

Ketika kamu diundang untuk makan, sangat dianjurkan untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan dengan penuh syukur.

Menurut Buya Yahya, salah satu cara menghormati tuan rumah adalah dengan memakan makanan yang disajikan dengan senang hati

 “Kita hormati dia dengan memakannya dengan senang,” ujar Buya dalam kanal YouTubenya dilansir pada 3 Oktober 2024.

Sikap ini akan membuat tuan rumah merasa bahwa kamu menghargai usaha mereka dalam menyajikan hidangan terbaik.

Buya Yahya juga menekankan bahwa jika kamu sedang menjalankan puasa sunnah, lebih baik membatalkan puasa tersebut demi menjaga perasaan tuan rumah.

Pahala puasa tetap utuh karena menjaga perasaan orang lain bisa lebih besar pahalanya.

Ambil Makanan Secukupnya

Salah satu kebiasaan yang sering kita lihat adalah mengambil makanan terlalu banyak, tetapi tidak menghabiskannya. Ini bukanlah hal yang baik.

“Anda ambil secukupnya dan pastikan bisa menghabiskannya,” kata Buya Yahya. 

Mengambil makanan dalam porsi besar dan tidak menghabiskannya bisa menyebabkan dua dosa. Pertama, menyakiti perasaan tuan rumah, dan kedua, mubazir yang jelas dilarang dalam agama.

Untuk menghindari mubazir, ambil makanan secukupnya. Kamu bisa mengambil porsi kecil beberapa kali jika masih ingin menambah, daripada langsung memenuhi piring dan berisiko tidak menghabiskannya. Hal ini menunjukkan bahwa kamu bijak dalam mengelola makanan.

Adab dalam Menyisakan Makanan

Dalam beberapa budaya, ada anggapan bahwa menyisakan sedikit makanan di piring adalah tanda bahwa kamu orang yang cukup. Namun, Buya Yahya menegaskan bahwa ini adalah kebiasaan yang tidak diajarkan dalam Islam.

“Mubazir dosa, haram, dan kita tidak tahu mungkin ada keberkahan di sisa makanan yang kita tinggalkan,” jelas Buya.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menghabiskan makanan yang sudah diambil agar tidak ada yang terbuang.

Sunnah dalam Makan

Adab makan juga memiliki tata cara yang diajarkan oleh Rasulullah. Salah satunya adalah menjaga kebersihan tangan sebelum makan. Buya Yahya menjelaskan bahwa mencuci tangan sebelum makan adalah bagian dari sunnah Nabi.

Hal ini juga berhubungan dengan kebersihan dan kesehatan, terutama jika makan menggunakan tangan. Selain itu, Nabi Muhammad juga menganjurkan untuk membersihkan sisa makanan yang ada di tangan atau piring, termasuk menjilat jari setelah makan agar tidak ada makanan yang terbuang sia-sia.

Penggunaan Alat Makan

Dalam ceramahnya, Buya Yahya juga menyinggung tentang penggunaan alat makan, seperti sendok dan garpu. Menggunakan alat makan bukanlah sesuatu yang dilarang, namun harus tetap berhati-hati agar tidak melanggar sunnah Nabi.

“Garpu itu sifatnya membantu, jangan sampai Anda makan dengan tangan kiri karena tidak sesuai sunnah,” ujar Buya.

Buya juga mengingatkan bahwa sunnah makan dengan tangan kanan masih harus diutamakan meskipun menggunakan garpu. Jika kamu menggunakan garpu untuk memotong makanan, tetaplah menyuap dengan tangan kanan.

Menghindari Mubazir sebagai Bentuk Syukur

Menghindari mubazir tidak hanya sekadar adab makan, tetapi juga merupakan bentuk syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Di banyak tempat, termasuk Palestina, masih banyak orang yang kesulitan mendapatkan makanan.

“Nabi tidak senang orang yang mubazir, karena itu adalah perbuatan setan,” tegas Buya Yahya. Jadi, jangan sampai makanan yang kamu ambil menjadi mubazir.

Dari penjelasan Buya Yahya ini, kita bisa belajar banyak tentang bagaimana seharusnya bersikap saat menghadiri undangan atau bertamu.

Menghormati tuan rumah dengan makan secukupnya dan menghindari mubazir adalah bentuk kesadaran kita terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah.

Selain itu, menjaga sunnah dalam adab makan, seperti makan dengan tangan kanan dan membersihkan sisa makanan, juga merupakan bagian dari menjalankan syariat Islam dengan baik.

Menghargai makanan bukan hanya menunjukkan rasa syukur, tetapi juga memperlihatkan kesadaran kita terhadap lingkungan dan orang lain yang membutuhkan.

Buya Yahya memberikan contoh nyata tentang bagaimana adab makan seharusnya dipraktikkan, sehingga kita bisa menjadi tamu yang baik dan juga seorang muslim yang menjalankan sunnah Nabi dengan benar.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 21 = 29
Powered by MathCaptcha