Dilema Sandwich Generation, Pendapatan Tinggi, Pengeluaran Mengikuti? Ini Solusinya!

  • Bagikan
Ilustrasi sandwich generation Freepik
Ilustrasi sandwich generation Freepik

KAMAKAMU – Sebagai bagian dari generasi sandwich, kamu mungkin sering merasakan tekanan antara memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga inti, dan juga membantu orang tua atau bahkan generasi di bawahmu.

Pendapatan yang terlihat besar terkadang terasa cepat habis karena berbagai kebutuhan tak terduga dari keluarga.

Apakah kamu merasakan hal yang sama?

Kepikiran Nikah, Rumah, Mobil di Usia 25? Ini Dia Prioritas Keuangan yang Perlu Kamu Pikirkan!

Studi Kasus Mbak Yara

Dilansir dari YouTube Zapfinance TV mari kita telaah curhatan dari Mbak Yara (nama samaran), seorang milenial yang juga seorang sandwich generation.

Dengan pendapatan gabungan bersama suami sekitar Rp22.500.000, pengeluaran rutin mereka mencapai Rp16.000.000, terdiri dari pengeluaran utama sekitar Rp9.300.000 dan cicilan Rp6.000.000.

Setelah dikurangi pengeluaran untuk playing sebesar Rp1.500.000, mereka memiliki free cash flow antara Rp5.500.000 hingga Rp8.000.000.

Namun, sayangnya, selalu ada saja kebutuhan mendadak dari keluarga yang membuat kondisi keuangan terasa menantang.

Dana Darurat Sebagai Benteng Keuangan

Langkah pertama yang perlu kamu lakukan, sama seperti saran untuk Mbak Yara, adalah memastikan ketersediaan dana darurat.

Berdasarkan data Mbak Yara, dengan pengeluaran bulanan Rp9.300.000, idealnya ia memiliki dana darurat 12 kali pengeluaran tersebut, yaitu sekitar Rp110.000.000.

Jika kamu belum memiliki dana darurat yang cukup, sisihkan minimal 5% dari penghasilan bulananmu secara konsisten.

Tempatkan dana darurat ini di rekening tabungan terpisah atau instrumen likuid lainnya seperti reksadana pasar uang atau emas.

Membedakan Kebutuhan dan Keinginan dalam Membantu Keluarga

Membantu keluarga adalah tindakan yang mulia. Akan tetapi, penting untuk menyeimbangkannya dengan kebutuhan pribadi dan keluarga kecilmu saat ini serta di masa depan.

Coba bedakan antara biaya hidup dan gaya hidup.

Prioritaskan bantuan untuk kebutuhan pokok keluarga, seperti biaya listrik atau makan.

Untuk permintaan yang bersifat gaya hidup, seperti mengganti handphone agar terlihat lebih keren, mungkin bisa dipertimbangkan kembali.

Strategi Alokasi Keuangan yang Efektif

Untuk mengelola keuangan dengan lebih disiplin, kamu bisa mencoba metode alokasi sederhana, misalnya 50% untuk biaya hidup (termasuk bantuan untuk keluarga), 30% untuk menabung dan investasi, serta 20% untuk playing.

Jika ada kebutuhan tak terduga yang lebih condong ke gaya hidup, usahakan untuk mengambilnya dari pos playing.

Ingatlah, jangan sampai pengeluaranmu membengkak hanya demi memenuhi gaya hidup, sementara kebutuhan pokok justru terabaikan.

Menanamkan Literasi Keuangan Sejak Dini

Berbicara mengenai pengelolaan keuangan yang baik, literasi keuangan memegang peranan penting.

Menurut riset dari University of Cambridge, kebiasaan mengatur uang sudah terbentuk sejak usia dini, sekitar tujuh tahun.

Oleh karena itu, mengenalkan konsep keuangan kepada anak-anak sejak dini akan membantu mereka memiliki kontrol diri yang lebih baik di masa depan dan mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Cara Sederhana Mengajarkan Konsep Keuangan pada Anak

Kamu bisa memulai dengan memberikan uang saku dan mengajarkan mereka cara mengelolanya.

Sesuaikan penjelasan dengan usia mereka, gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

Alat bantu seperti bermain kasir-kasiran atau monopoli juga bisa efektif.

Libatkan mereka saat berbelanja bulanan dan ajarkan cara membagi pos pengeluaran, misalnya untuk jajan, menabung, dan sedekah.

Konsistensi dalam mengajak anak berdiskusi tentang keuangan secara santai akan membuat mereka lebih mudah menerima dan memahami konsep ini.

Merencanakan Tujuan Keuangan dengan Prioritas

Selanjutnya, mari kita bahas keinginan Mbak Yara untuk membeli mobil.

Sebelum mulai menabung, penting untuk mengidentifikasi tujuan keuangan lainnya dan membuat prioritas.

Tujuan keuangan bisa dibagi menjadi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Untuk pembelian mobil yang termasuk tujuan jangka pendek, kamu bisa mengalokasikan sebagian dana yang sudah ada dan sisanya dari penghasilan bulanan atau tahunan ke instrumen seperti reksadana pasar uang.

Pertimbangkan Pembelian Mobil dengan Bijak

Sebisa mungkin, usahakan untuk membeli mobil secara tunai.

Jika terpaksa kredit, pastikan total cicilan bulanan (termasuk cicilan lain seperti KPR) tidak melebihi 30% dari penghasilan bulananmu.

Coba evaluasi kembali, apakah pembelian mobil ini benar-benar kebutuhan atau hanya keinginan sesaat?

Jika bisa ditunda hingga kamu memiliki dana yang cukup untuk membeli secara tunai, itu akan lebih baik.

Mempersiapkan Dana Pensiun Sejak Dini

Meskipun Mbak Yara sudah memiliki dana pensiun dari kantor, berinvestasi untuk dana pensiun tambahan adalah langkah yang bijak.

Kamu bisa mulai dengan mengalokasikan minimal 5% penghasilan untuk investasi jangka panjang seperti reksadana saham atau saham langsung.

Seiring dengan peningkatan cash flow, kamu bisa menambah alokasi investasi ini.

Untuk menghitung kebutuhan dana pensiunmu, kamu bisa menggunakan kalkulator dana pensiun yang tersedia di website perencana keuangan.

Kesimpulan

Membantu keluarga memang mulia, namun kamu juga perlu bijak dan mengukur kemampuan diri.

Prioritaskan bantuan untuk kebutuhan pokok, bukan sekadar gaya hidup.

Jangan lupakan pentingnya dana darurat sebagai perlindungan finansial.

Dengan pengelolaan keuangan yang disiplin, perencanaan tujuan yang jelas, dan menanamkan literasi keuangan sejak dini, kamu bisa mengendalikan keuanganmu dan berpotensi memutus rantai sandwich generation dalam keluargamu.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

49 − 46 =
Powered by MathCaptcha