Cara Mengatasi Anak di Sekolah Pintar tapi di Rumah Bermasalah

  • Bagikan
Ilustrasi anak yang bermasalah di rumah Freepik
Ilustrasi anak yang bermasalah di rumah Freepik

KAMAKAMU – Saat ini, pola asuh menjadi salah satu tantangan besar dalam membentuk karakter anak, terutama ketika mereka memasuki usia remaja.

Dilansir dari YouTube Novita Tandry Ada sebuah cerita dari seorang ibu mengenai anaknya yang berusia 13 tahun.

Menurut Psikolog Novita Tandry Anak tersebut cerdas secara akademis, khususnya dalam pelajaran matematika dan ilmu pasti. Namun, ada permasalahan mendasar di rumah yang perlu segera diatasi.

4 Strategi Digital Marketing yang Cocok Diterapkan di Tahun 2025

Pola Asuh yang Terlalu Memanjakan

Di sekolah, anak ini tidak menghadapi masalah sosial. Dia berteman baik dan telah bersekolah di tempat yang sama sejak SD hingga sekarang SMP kelas dua. Namun, berbeda dengan di rumah.

Anak ini terbiasa dilayani secara berlebihan, bahkan untuk aktivitas sederhana seperti makan dan mandi.

Suster-suster di rumah masih memandikannya, membereskan kamarnya, dan bahkan menyuapinya. Pola asuh seperti ini berpotensi menghambat kemandirian anak dalam jangka panjang.

1. Kurangi Ketergantungan

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengurangi ketergantungan anak pada orang lain. Salah satu cara efektif adalah memberhentikan suster yang selama ini melayaninya.

Keputusan ini mungkin terasa ekstrem, tetapi sangat diperlukan agar anak belajar bertanggung jawab atas kebutuhannya sendiri.

Tanpa adanya orang lain yang selalu siap melayani, anak akan terdorong untuk mulai melakukan hal-hal kecil secara mandiri.

2. Kehadiran Orang Tua

Selain mengurangi ketergantungan, kehadiran orang tua menjadi elemen penting. Kehadiran yang dimaksud bukan sekadar fisik, tetapi juga keterlibatan emosional.

Orang tua perlu memahami dunia anaknya, mulai dari apa yang dia tonton hingga apa yang dia mainkan.

Melalui komunikasi yang aktif, orang tua bisa membangun hubungan yang lebih erat dan memahami apa yang menjadi tantangan bagi anak.

3. Komitmen Bersama

Setelah kehadiran orang tua dirasakan, langkah selanjutnya adalah membuat komitmen bersama.

Komitmen ini melibatkan orang tua dan anak untuk saling mendukung dalam proses perubahan.

Misalnya, orang tua berjanji untuk lebih hadir dan membantu anak belajar kemandirian, sementara anak diajak memahami pentingnya bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Dampak Positif Kemandirian

Dengan mempraktikkan langkah-langkah ini, anak akan mulai memahami pentingnya kemandirian.

Hidup yang tidak diuji, seperti kata pepatah, tidak layak dijalani. Maka dari itu, biarkan anak mengalami proses ini agar daya juangnya terbentuk.

Ketika anak berhasil melewati tantangan kecil, ia akan tumbuh menjadi individu yang lebih tangguh dan percaya diri.

Pentingnya Proses yang Konsisten

Namun, perubahan tidak akan terjadi secara instan. Proses ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi dari semua pihak.

Orang tua perlu terus mengingatkan anak tentang tanggung jawabnya, sambil tetap memberikan dukungan emosional yang ia butuhkan.

Keseimbangan antara ketegasan dan kasih sayang sangat diperlukan.

Kesimpulan

Pola asuh yang terlalu memanjakan dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengambil langkah-langkah konkret seperti mengurangi ketergantungan anak pada orang lain, hadir secara emosional, dan membuat komitmen bersama untuk perubahan.

Dengan begitu, anak dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri dan siap menghadapi tantangan kehidupan.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7 + 1 =
Powered by MathCaptcha