Bisnis Sendiri vs Bisnis Bermitra, Mana yang Lebih Untung?

  • Bagikan
Ilustrasi membangun partner bisnis yang tepat Freepik
Ilustrasi membangun partner bisnis yang tepat Freepik

KAMAKAMU – Dalam dunia bisnis yang dinamis, nasihat dari para mentor seringkali menjadi kompas yang mengarahkan langkah para pengusaha.

Dua sosok kharismatik dengan pandangan yang berbeda mengenai kemitraan, yaitu Om Bob Sadino dan Bang Sandiaga Uno, memberikan perspektif menarik untuk direnungkan.

Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan pandangan tersebut dan memberikan panduan praktis dalam memilih mitra bisnis yang tepat.

7 Rekomendasi Bisnis yang Cocok untuk Kamu, Para Fresh Graduate

Perjalanan seorang pengusaha seringkali diwarnai oleh berbagai nasihat dan wejangan dari para senior yang telah lebih dulu makan asam garam dunia bisnis.

Salah satu pengalaman berharga yang penulis alami adalah ketika berinteraksi dengan dua mentor hebat, Om Bob Sadino dan Bang Sandiaga Uno, yang memiliki pandangan kontradiktif mengenai kemitraan dalam berbisnis.

Filosofi “Jangan Pernah Berpartner” ala Bob Sadino

Dilansir dari YouTube Jaya Setiabudi suatu ketika, saat mengantar Om Bob ke bandara, beliau menyampaikan sebuah pesan yang cukup mengejutkan: “Jai, ingat ya pesanku, jangan pernah berpartner sama orang.”

Penulis yang memiliki kedekatan personal dan gaya bicara kasual dengan Om Bob mencoba mencerna maksud dari nasihat tersebut.

Ketika penulis sedikit menyanggah dengan nada bercanda, Om Bob kembali menegaskan pengalamannya yang kurang baik dengan kemitraan.

Beliau menekankan bahwa perpisahan dalam bisnis dengan partner adalah sebuah keniscayaan.

Pandangan Kontra dari Sandiaga Uno tentang Pentingnya Kolaborasi

Berbeda dengan Om Bob, Bang Sandiaga Uno justru memiliki keyakinan yang kuat akan pentingnya berpartner dalam bisnis.

Beliau mengungkapkan bahwa dirinya tidak akan pernah menjalankan bisnis tanpa adanya mitra.

Alasan yang mendasari pandangan ini adalah kesadaran akan kelebihan dan kekurangan diri.

Bang Sandi memilih untuk fokus pada pengembangan kelebihannya dan mencari partner yang dapat menutupi kekurangannya.

Beliau meyakini bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar.

Menimbang Dua Perspektif

Setelah merenungkan kedua nasihat yang bertolak belakang ini, penulis menyadari bahwa tidak ada jawaban tunggal yang benar.

Keputusan untuk berpartner atau tidak sangat bergantung pada karakter individu dan kebutuhan bisnis yang dijalankan.

Penulis sendiri cenderung memilih untuk berpartner, terutama pada awal merintis usaha dengan keterbatasan modal.

Partner dalam hal ini bisa berupa investor yang sekaligus menjadi mitra bisnis.

Seiring dengan berkembangnya usaha, penulis juga seringkali mengambil partner di tengah jalan untuk mengakselerasi pertumbuhan dan meningkatkan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.

Strategi Memilih Partner Bisnis yang Tepat

Belajar dari pengalaman dan berbagai perspektif, berikut adalah beberapa tips yang dapat dipertimbangkan dalam memilih partner bisnis:

1. Saling Melengkapi Kekurangan

Carilah partner yang memiliki keahlian dan kompetensi yang dapat menutupi kelemahan Anda.

Dengan demikian, tim yang terbentuk akan menjadi lebih solid dan komprehensif.

2. Kesamaan Nilai (Value)

Idealnya, partner memiliki visi yang sama.

Namun, setidaknya pastikan adanya kesamaan nilai-nilai inti yang mendasari etika dan prinsip bisnis.

Kesamaan misi juga menjadi poin penting agar tujuan bersama dapat tercapai.

3. Kejelasan Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan

Sepakati sejak awal mengenai siapa yang akan menjadi pemimpin dan memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan final.

Hindari adanya dualisme kepemimpinan yang dapat menghambat efektivitas.

4. Sportivitas dan Orientasi Tujuan Bersama

Utamakan tujuan bersama di atas ego pribadi.

Keputusan yang diambil hendaknya didasarkan pada pertimbangan terbaik untuk kemajuan bisnis, bukan kepentingan individu.

5. Akselerasi yang Berimbang

Perhatikan ritme perkembangan dan pemikiran antar partner.

Ketidakseimbangan dalam akselerasi dapat menjadi kendala dalam pertumbuhan bisnis.

Komitmen dan Fleksibilitas dalam Kemitraan

Kemitraan idealnya dibangun untuk jangka panjang dan membutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak.

Namun, layaknya sebuah pernikahan, gesekan dan perbedaan pendapat adalah hal yang wajar.

Yang terpenting adalah adanya komitmen bersama untuk mencari solusi dan mempertahankan hubungan baik.

Meskipun demikian, perpisahan di tengah jalan bukanlah sebuah kegagalan mutlak.

Terkadang, perbedaan visi, kultur, atau standarisasi dapat menjadi alasan untuk berpisah secara baik-baik dan melanjutkan perjalanan masing-masing.

Kesimpulan

Nasihat dari Om Bob Sadino dan Bang Sandiaga Uno memberikan dua perspektif berharga mengenai kemitraan dalam bisnis.

Tidak ada jawaban yang mutlak benar atau salah, karena pilihan untuk berpartner sangat dipengaruhi oleh karakter individu, kebutuhan bisnis, dan tujuan yang ingin dicapai.

Yang terpenting adalah kehati-hatian dalam memilih partner, membangun komitmen yang kuat, dan memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan dinamika bisnis.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 1 = 2
Powered by MathCaptcha