Kabar mengejutkan datang dari rimba Jawa. Setelah puluhan tahun dianggap punah, jejak harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) kembali ditemukan, memicu kegemparan di kalangan pecinta alam dan konservasionis. Apakah ini pertanda kebangkitan raja hutan atau sekadar mitos yang terus hidup?
Kabar ini berawal dari ekspedisi tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta di hutan Meru Betiri, Jawa Timur. Tim ini memasang beberapa kamera perangkap untuk memantau satwa liar di daerah tersebut. Hasilnya, mereka mendapatkan rekaman yang menampilkan sosok harimau dengan ciri khas yang menyerupai harimau Jawa: tubuh kecil dengan pola garis-garis rapat dan gelap.
Bukti Menakjubkan
Dr. Budi Santoso, ketua tim peneliti, menyatakan kegembiraannya, “Kami sangat terkejut dan senang dengan penemuan ini. Ini memberi harapan baru bagi upaya konservasi harimau Jawa.” Sosok harimau dalam rekaman tersebut diyakini sebagai bukti kuat bahwa spesies ini belum sepenuhnya punah.
Tantangan Konservasi
Namun, kegembiraan ini juga diiringi dengan tantangan besar. Memastikan keberadaan harimau Jawa membutuhkan penelitian mendalam dan kolaborasi berbagai pihak. Pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat setempat harus bersatu untuk melindungi habitat harimau ini dari ancaman perburuan dan deforestasi.
“Harimau Jawa adalah simbol warisan alam kita. Jika mereka masih ada, kita harus melindungi mereka,” kata Dr. Andi Rahman dari BKSDA.
Skeptisisme dan Kontroversi
Tidak semua pihak yakin dengan penemuan ini. Beberapa ahli mendesak agar dilakukan verifikasi lebih lanjut. “Kita harus memastikan tidak ada kesalahan identifikasi atau manipulasi,” kata Dr. Laila Sari dari Institut Pertanian Bogor.
Langkah Selanjutnya
Untuk memastikan validitas penemuan, tim peneliti akan melakukan survei lebih intensif dengan lebih banyak kamera perangkap. Mereka juga berencana menggunakan analisis DNA dari jejak yang mungkin ditemukan.
Jika harimau Jawa benar-benar kembali, ini akan menjadi kebanggaan bagi Indonesia dan kemenangan besar bagi konservasi global. Hingga ada bukti lebih lanjut, penemuan ini sudah cukup untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati kita.