KAMAKAMU – Bepergian ke negara dengan minoritas muslim seringkali menimbulkan kekhawatiran tersendiri, terutama terkait dengan ketersediaan makanan halal.
Kekhawatiran ini wajar, mengingat kita sebagai muslim memiliki kewajiban untuk mengonsumsi makanan yang halal dan thayib.
Lantas, bagaimana cara mengakali situasi ini saat kita sedang menikmati perjalanan ke luar negeri?
10 Negara-Negara Muslim yang Cocok untuk Berlibur
K. H. Cholil Nafis memberikan pencerahan mengenai hal ini, termasuk pengalaman menariknya saat berada di luar negeri.
Pengalaman Mencari Kehalalan Makanan di Negeri Orang
Pengalaman kurang menyenangkan terkait kehalalan makanan pernah dialami oleh K. H. Cholil Nafis pada tahun 2009.
Dalam kanal YouTube Kata Ustadz beliau menceritakan pengalamannya saat mengikuti kursus di Leeds University, Inggris.
Rombongan kursus yang berangkat dari berbagai negara, termasuk Hongkong dan Paris, mengalami kejadian serupa saat di pesawat.
Roti yang disajikan di pesawat ternyata mengandung bacon.
“Nah, roti itu ada tulisannya. Tulisannya namanya bacon. Bacon. Iya kan tulisannya kan bacon lah. Ini orang kan enggak teliti ini bekenon itu apa. Pas dimakan sama dia nyampai diturun dari pesawat masyaallah rotinya enak banget katanya.” ujar Cholil Nafis.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga akan pentingnya kehati-hatian dalam memilih makanan, bahkan di tempat yang terkesan terjamin seperti pesawat.
Tips Jitu Mendapatkan Makanan Halal di Luar Negeri
Menyikapi tantangan mencari makanan halal di negara minoritas muslim, K. H. Cholil Nafis memberikan beberapa tips praktis.
Salah satunya adalah dengan selalu memeriksa komposisi makanan yang tertera pada kemasan.
“Oleh karena itu, kalau mau belanja di mana-mana dikasih makanan, coba dilihat komposisinya. Kan sekarang sudah ada komposisinya tuh 1 2 3.” imbuhnya.
Dengan memeriksa komposisi, kita bisa menghindari bahan-bahan yang haram.
Selain itu, beliau juga menyoroti perkembangan informasi terkait makanan halal di berbagai negara.
Saat ini, kesadaran akan kebutuhan makanan halal semakin meningkat, bahkan di negara-negara yang mayoritas penduduknya non-muslim.
Beliau mencontohkan keberadaan makanan halal di bandara Shanghai dan kota-kota besar lainnya di luar negeri.
“Kalau coba kita ke Shanghai atau ke Cina, ketika masuk di bandara kalau enggak salah di pojok sana lantai dua itu ada makanan halal.” katanya.
Hal ini tentu memudahkan para wisatawan muslim dalam mencari santapan yang sesuai dengan keyakinan mereka.
Halal Bukan Hanya Soal Tidak Haram, Tapi Juga Thayib
Lebih lanjut, K. H. Cholil Nafis menjelaskan bahwa konsep halal dalam Islam tidak hanya terbatas pada tidak adanya unsur haram, tetapi juga mencakup aspek thayib, yang berarti baik, sehat, dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
“Jadi, Ibu, Bapak sekalian, saya melaksanakan yang halal itu baru pembuka dari tuntunan agama kita. Minimal halal. Syukur-syukur thayib. Apa thayib itu? kondisinya bagus, sesuai dengan proteinnya pada kita, kemudian sesuai dengan kondisi tubuh kita.” imbuhnya.
Oleh karena itu, selain mencari makanan yang jelas kehalalannya, kita juga dianjurkan untuk memilih makanan yang baik dan bermanfaat bagi tubuh.
Gaya Hidup Halal yang Mendunia
Kini, konsep halal telah berkembang menjadi sebuah gaya hidup (halal lifestyle) yang mendunia, tidak hanya terbatas pada makanan.
K. H. Cholil Nafis mencontohkan bagaimana produk fashion pun perlu diperhatikan kehalalannya, terutama terkait dengan bahan yang digunakan.
Beliau menceritakan pengalaman temannya yang membeli jaket dan sepatu berbahan kulit babi tanpa menyadarinya.
“Tapi saya pernah beli teman saya beli juga di ketika main di Kore di Korea beli jaket enggak dilihat kulitnya. Cakep memang. Pas dibuka ternyata terbuat dari B2 bukan 2B ya B2. Akhirnya apa? Enggak kepakai. Begitu juga sering beli sepatu itu kadang-kadang enggak terasa. Uh cakep nih dipakai aja enggak dilihat. Ketika dibuka di sini ternyata sepatunya dari B2 juga. Akhirnya enggak dipakai.” tegasnya.
Hal ini menunjukkan pentingnya kehati-hatian dalam memilih berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari.
Sebuah perspektif menarik yang diungkapkan oleh K. H. Cholil Nafis adalah bahwa makanan halal di luar negeri cenderung lebih mahal dibandingkan makanan lainnya.
“Termasuk di di Rusia makanan halal lebih mahal. Kenapa? Karena halal itu baru standarnya, dasarnya. Tapi lebih dari situ adalah thayib, segar.” katanya.
Hal ini mengindikasikan bahwa produk halal memiliki standar kualitas yang lebih tinggi, menjadikannya sesuatu yang patut kita syukuri dan banggakan.
Kesimpulan
Traveling ke negara minoritas muslim bukan lagi halangan untuk tetap mengonsumsi makanan halal.
Dengan kemajuan informasi dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya produk halal, kini semakin mudah menemukan pilihan makanan yang sesuai dengan keyakinan kita.
Selalu periksa komposisi makanan, manfaatkan informasi yang tersedia, dan ingatlah bahwa halal bukan hanya sekadar tidak haram, tetapi juga thayib.
Rencanakan perjalanan impianmu dengan lebih tenang dan nyaman. Kunjungi minatravel.id untuk berbagai pilihan paket perjalanan halal ke berbagai destinasi di seluruh dunia.*