KAMAKAMU – Kalian pasti udah nggak asing lagi kan dengan kabar bergabungnya TikTok dan Tokopedia? ini menjadikan iklan TikTok dan Tokopedia bersatu.
Integrasi seller center dan ads manager mereka memang sedang dalam tahap bertahap.
Tapi, kali ini kita nggak akan membahas soal koneksinya.
Bingung Budget Iklan Biar Laris? Ini Jawaban Jujur yang Perlu Kamu Tahu!
Yang lebih penting adalah, bagaimana caranya biar iklanmu di kedua platform ini bisa menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Seringkali kita dengar keluhan, sudah pasang iklan ini itu tapi kok rugi terus?
Nah, di artikel ini, kita akan membahas tiga fase penting yang wajib kamu lewati agar iklanmu nggak cuma dilihat, tapi juga menghasilkan penjualan.
Fase 1 Pastikan Produkmu Market Fit
Dilansir dari YouTube Yohan Agustian fase pertama ini krusial banget. Bahkan, bisa dibilang, kalau fase ini kamu lewatkan, kemungkinan besar iklanmu akan gagal total.
Pernah nggak sih kamu merasa sudah melakukan berbagai cara promosi tapi hasilnya nihil?
Nah, coba deh, mundur sedikit dan evaluasi fase pertama ini. Sebagai penjual, kita seringkali punya mindset bahwa produk kita adalah yang terbaik.
Contohnya, kalau kamu jualan buku tentang trik jualan di TikTok atau Tokopedia, pasti kamu merasa bukumu paling bagus, kan?
Tapi, kenyataannya, selalu ada preferensi yang berbeda dari setiap orang.
Lalu, apa sih yang dimaksud dengan market fit?
Sederhananya, market fit adalah kondisi di mana produk yang kamu tawarkan terbukti laku di pasaran.
Sebelum beriklan, lakukan riset terlebih dahulu.
Pastikan ada permintaan untuk produkmu dan bukan sekadar produk yang menumpuk di gudang.
Iklan itu seperti “”uang”” yang kamu berikan pada produkmu.
Jika produkmu memang bagus, iklan akan membuatnya semakin bersinar.
Sebaliknya, jika produkmu kurang diminati, iklan hanya akan membakar uangmu sia-sia.
Jadi, sebelum mengeluarkan biaya iklan, pastikan produkmu memang punya potensi untuk laku.
Untuk mengukur potensi produk, perhatikan conversion rate (CVR).
CVR adalah persentase orang yang membeli produkmu setelah melihatnya.
Kamu juga bisa menghitung cost per click (CPC) dan memperkirakan cost per purchase (CPP).
Misalnya, jika CPC rata-rata Rp1.000 dan CVR kamu 1%, artinya kamu butuh Rp100.000 untuk mendapatkan satu penjualan.
Jika harga produkmu Rp50.000, tentu saja kamu rugi.
Namun, jika keuntungan per produkmu Rp500.000, maka CPP Rp100.000 masih sangat menguntungkan.
Semakin tinggi CVR, semakin aman bisnismu.
Jadi, sebelum berinvestasi lebih banyak pada iklan, pastikan angka-angka ini mendukung.
Fase 2 Lakukan Testing dengan Bijak
Setelah yakin produkmu memiliki market fit, fase selanjutnya adalah testing.
Jangan langsung menghabiskan semua anggaran iklanmu.
Mulailah dengan budget kecil untuk melihat respons pasar terhadap iklanmu.
Misalnya, di TikTok Ads Manager, kamu bisa mulai dengan budget sekitar Rp100.000 per hari.
Di Tokopedia, kamu juga bisa mengatur budget harian sesuai keinginanmu.
Anggap saja budget testing awal sekitar 100 dolar AS atau sekitar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta.
Tujuan dari testing ini adalah untuk melihat bagaimana audiens merespons iklanmu.
Di fase ini, penting untuk menemukan unique selling point (USP) atau sudut jual produkmu.
Masalah apa yang produkmu selesaikan?
Apa kelebihannya dibandingkan produk lain?
Jika kamu tidak menemukan angle yang tepat, akan sulit untuk menjual.
Bayangkan kamu menjual kopi dengan kemasan polos dan rasa yang biasa saja.
Jika kamu hanya bilang “”kopi panas””, siapa yang tertarik?
Bandingkan dengan brand kopi yang sudah punya nama, mereka pasti punya cara untuk menonjolkan keunikan produknya.
Banyak penjual yang bingung dalam menentukan angle penjualan ini.
Nah, testing adalah cara untuk mengetahuinya.
Dengan budget terbatas, coba jalankan iklan dengan berbagai angle dan lihat mana yang mendapatkan respons terbaik.
Pengalaman menunjukkan bahwa terkadang iklan yang awalnya terlihat buruk, justru bisa meledak di hari ketiga atau keempat.
Jadi, berikan waktu yang cukup untuk testing, misalnya sekitar satu minggu.
Setelah itu, evaluasi hasilnya.
Perhatikan click-through rate (CTR), jumlah add to cart, dan akhirnya, jumlah pembelian.
Angka-angka di awal mungkin belum memuaskan, tapi inilah gunanya testing untuk mendapatkan data.
Fase 3 Optimasi Berdasarkan Data
Setelah mendapatkan data dari fase testing, langkah selanjutnya adalah optimasi iklan TikTok.
Di fase ini, kamu mencari tahu poin-poin mana yang perlu ditingkatkan.
Misalnya, jika CTR sudah bagus tapi conversion rate masih rendah, mungkin ada masalah dengan landing page atau deskripsi produkmu.
Di sinilah pentingnya untuk terus menganalisis data dan melakukan perubahan yang diperlukan.
Spesialis iklan akan sangat membantu di fase ini.
Mereka bisa menganalisis data dan memberikan rekomendasi perubahan pada cara berjualan, angle iklan, konten, dan target audiensmu.
Di TikTok, kamu bisa bereksperimen dengan berbagai format iklan seperti live, in-feed ads (PSA), video, atau affiliate.
Di Tokopedia, kamu bisa memanfaatkan fitur TopAds dengan memilih produk dan kata kunci yang relevan.
Fase optimasi ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 3 bulan, tergantung pada seberapa cepat kamu dan timmu bisa beradaptasi dan menerapkan perubahan.
Proses optimasi ini melibatkan siklus yang berkelanjutan.
Awalnya, targetmu mungkin hanya untuk mendapatkan banyak views.
Kemudian, fokus bergeser untuk meningkatkan engagement dan conversion.
Fase-fase ini—awareness, consideration, dan conversion—membutuhkan waktu dan analisis yang cermat.
Kecepatan mencapai hasil yang optimal juga dipengaruhi oleh seberapa responsif kamu terhadap data dan rekomendasi yang diberikan.
Ada klien yang cepat tanggap dan hasilnya pun lebih cepat terlihat, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama karena berbagai kendala.
Itulah tiga fase penting yang perlu kamu pahami dan terapkan jika ingin iklanmu di TikTok dan Tokopedia berjalan dengan lancar dan menghasilkan keuntungan.
Ingatlah, tidak ada formula instan untuk sukses dalam beriklan.
Kamu perlu melakukan riset, testing, dan optimasi secara berkelanjutan.
Gabungkan semua fitur yang ada di TikTok dan Tokopedia, seperti TopAds di Tokopedia dengan pemilihan keyword yang tepat dan penawaran bidding awal untuk melihat hasilnya.
Di TikTok, eksplorasi berbagai format iklan dan analisis datanya.
Dengan ketekunan dan analisis yang tepat, kamu akan menemukan pola yang paling efektif untuk bisnismu.*