Jangan Sampai Kamu Ulangi! Kesalahan Fatal Jualan Online yang Banyak Terjadi

  • Bagikan
Ilustrasi seseorang pebisnis yang menyesali kesalahan fatal dalam berbisnis Freepik
Ilustrasi seseorang pebisnis yang menyesali kesalahan fatal dalam berbisnis Freepik

KAMAKAMU – Kali ini, Kamakamu berbagi pengalaman pahit tentang kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan seseorang saat merintis jualan online.

Diakui bahwa, jika saja dulu orang tersebut tidak melakukan beberapa kesalahan mendasar, kondisinya saat ini mungkin akan jauh berbeda.

Namun, justru dari kesalahan-kesalahan itulah ia belajar banyak.

Bongkar Rahasia Naik Omzet dari Ratusan Juta ke Miliaran di Shopee Food!

Pengalaman ini diharapkan bisa menjadi pelajaran berharga bagi Kamu yang baru terjun atau sudah lama berkecimpung di dunia jualan online.

Mentalitas Serba Gratisan yang Menghambat Kemajuan

Dilansir dari YouTube Yohan Agustian awal mula orang ini terjun ke dunia jualan online adalah sekitar tahun 2012.

Platform yang digunakan saat itu masih seputar Blackberry, Twitter, dan optimasi SEO untuk website.

Di masa-masa awal tersebut, ada beberapa kesalahan mendasar yang sampai sekarang masih disesali.

Salah satunya adalah mentalitas serba gratisan.

Menghindari Investasi Pengetahuan dan Tools Berbayar

Dulu, entah karena keterbatasan modal atau prinsip “kenapa bayar kalau bisa gratisan?”, ia benar-benar menghindari segala sesuatu yang berbau biaya.

Ia lebih memilih belajar otodidak dari berbagai artikel gratisan di internet.

Padahal, saat itu sumber belajar yang berkualitas seringkali berbayar.

Akibatnya, proses belajarnya menjadi sangat lambat dan tidak terstruktur.

Penjualan pertamanya baru datang setelah tiga bulan berjuang keras dengan optimasi SEO dan menulis artikel setiap hari.

Ini adalah kesalahan yang sangat disesali karena sangat membuang waktu dan potensi.

Terlalu Lama Berkutat dengan Metode Organik

Alih-alih mencoba strategi berbayar seperti endorse seleb Twitter yang saat itu cukup efektif, ia terlalu terpaku pada metode organik.

Sementara kompetitornya bisa meraup keuntungan ratusan juta per bulan dengan strategi endorse, ia masih berkutat dengan artikel dan SEO.

Memang, setelah setahun, penjualannya mulai stabil di angka jutaan.

Akan tetapi, ia sangat menyesal tidak berani mencoba berinvestasi lebih awal karena kurva belajarnya pasti akan jauh lebih cepat.

Tidak Fokus pada Satu Niche Pasar

Kesalahan lain yang dilakukannya adalah tidak fokus pada satu niche pasar.

Dulu, ia menjual berbagai macam produk suplemen dengan manfaat yang berbeda-beda.

Alih-alih fokus menjadi ahli di satu market, misalnya suplemen untuk penurunan berat badan, ia malah mencoba merambah ke berbagai market lain seperti produk pemutih.

Akibatnya, ia harus mengulang proses dari awal lagi di setiap market yang berbeda.

Sekarang, prinsipnya jelas: jika sudah menemukan satu market yang bagus, fokuslah untuk menjadi yang terbaik di sana dan kembangkan produk atau layanan sesuai kebutuhan market tersebut (upselling dan cross-selling).

Lambat dalam Membangun Tim dan Mendelegasikan Tugas

Dulu, ia termasuk orang yang sangat lama dalam membangun tim dan mempercayakan pekerjaan kepada orang lain.

Ia merasa semua bisa dikerjakan sendiri.

Padahal, ini sangat melelahkan, membuang waktu, dan akhirnya potensi penghasilannya juga terbatas.

Berbeda jauh dengan sekarang, di mana ia lebih fokus pada pembuatan konsep dan strategi, lalu mendelegasikan pelaksanaannya kepada tim.

Hasilnya jauh lebih efektif dan efisien.

Bahkan, tidak semua harus dikerjakan sendiri.

Jika ada pekerjaan yang lebih efisien jika di-vendor-kan, kenapa tidak?

Contohnya, dalam jualan online, jika Kamu merasa kurang mahir dalam iklan, konten, atau live selling, lebih baik serahkan kepada ahlinya.

Banyak brand yang melakukan ini dan terbukti lebih menguntungkan.

Enggan Membeli Waktu dengan Merekrut Talenta Terbaik

Kesalahan terakhir yang ingin dibagikan adalah keengganannya untuk “membeli waktu” dengan merekrut tim yang kompeten sejak awal.

Dulu, ia cenderung mencari orang dengan biaya murah dan kemudian berusaha mengajari mereka dari nol.

Sekarang, ia menyadari bahwa lebih efektif untuk langsung merekrut orang yang sudah ahli di bidangnya.

Dengan begitu, tim bisa langsung berlari dan memberikan hasil yang maksimal tanpa perlu banyak tuntunan.

Merekrut talenta yang tepat memang membutuhkan investasi lebih, tapi hasilnya akan jauh lebih cepat dan signifikan.

Itulah beberapa kesalahan fatal yang pernah dilakukan dalam perjalanan jualan online-nya.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

÷ 9 = 1
Powered by MathCaptcha