KAMAKAMU – Mungkin kamu masih ingat betul bagaimana isu dana darurat terasa asing di telinga kita sekitar tahun 2018.
Banyak yang belum paham betul apa itu dana darurat.
Namun, pandemi Covid-19 di tahun-tahun berikutnya memberikan pelajaran berharga.
Kepikiran Nikah, Rumah, Mobil di Usia 25? Ini Dia Prioritas Keuangan yang Perlu Kamu Pikirkan!
Banyak dari kita yang terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan merasakan betapa pentingnya memiliki dana untuk menopang hidup selama beberapa bulan ke depan.
Alhasil, dalam dua tahun terakhir, perbincangan mengenai pentingnya dana darurat semakin meningkat.
Di sisi lain, selain dana darurat, investasi saham juga semakin populer di kalangan anak muda.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, mana yang seharusnya menjadi prioritas?
Apakah kita harus fokus mengumpulkan dana darurat terlebih dahulu, atau langsung terjun ke dunia investasi saham?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami fungsi dan pentingnya masing-masing.
Seberapa Penting Dana Darurat?
Dilansir dari YouTube Zapfinance TV seperti yang sering diingatkan oleh para ahli keuangan, dana darurat adalah fondasi penting dalam perencanaan keuangan.
Dana ini berfungsi sebagai jaring pengaman ketika kamu menghadapi pengeluaran tak terduga, seperti perbaikan rumah akibat bencana alam, biaya pengobatan darurat, atau bahkan kehilangan pekerjaan.
Dengan adanya dana darurat, kamu tidak perlu panik atau terpaksa berutang ketika situasi tak terduga itu datang.
Lantas, berapa idealnya dana darurat yang harus kamu miliki?
Menurut ZAP Finance, jumlah dana darurat yang ideal bervariasi tergantung kondisi keuangan dan tanggunganmu.
Jika kamu tidak memiliki cicilan, berpenghasilan di bawah Rp100 juta per tahun, dan tidak memiliki tanggungan, idealnya kamu memiliki dana darurat sebesar tiga kali pengeluaran rutin bulanan.
Namun, jika penghasilanmu di atas Rp100 juta per tahun dan memiliki tanggungan hingga tiga orang serta cicilan, maka idealnya dana daruratmu adalah enam hingga sembilan kali pengeluaran rutin bulanan.
Lebih lanjut, bagi kamu yang berstatus pengusaha atau freelancer dengan tanggungan anak dan orang tua (sandwich generation), idealnya kamu memiliki dana darurat hingga 12 kali pengeluaran rutin bulanan.
Namun, yang paling direkomendasikan untuk semua orang, terutama di masa penuh ketidakpastian seperti sekarang, adalah memiliki dana darurat hingga 12 kali pengeluaran rutin bulanan.
Cara Mengumpulkan dan Menyimpan Dana Darurat
Setelah memahami pentingnya dana darurat, bagaimana cara mengumpulkannya?
Kamu bisa menyisihkan sebagian kecil dari pendapatanmu setiap bulan, misalnya 5%.
Konsistensi adalah kunci utama dalam mengumpulkan dana darurat.
Kemudian, di mana sebaiknya dana darurat disimpan?
Idealnya, dana darurat disimpan dalam bentuk aset yang mudah dicairkan kapan saja kamu butuhkan.
Contohnya adalah rekening bank yang terpisah khusus untuk dana darurat.
Menyimpan dana darurat dalam bentuk aset yang stabil dan likuid sangat disarankan, dan tidak dianjurkan untuk menaruhnya dalam bentuk saham dalam jangka pendek karena volatilitasnya.
Namun, ada opsi lain yang bisa kamu pertimbangkan.
Kamu bisa menempatkan 50% dana darurat di rekening bank yang mudah dicairkan, dan sisanya, misalnya 30%, di instrumen seperti reksadana pasar uang.
Reksadana pasar uang memiliki potensi imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan rekening bank dan proses pencairannya pun relatif cepat, biasanya dalam satu hingga dua hari kerja.
Dengan sebagian dana darurat berada di reksadana pasar uang, kamu berpotensi mendapatkan imbal hasil yang sedikit di atas inflasi.
Dana Darurat Dulu!
Setelah mempertimbangkan urgensi dan pentingnya dana darurat, kamu pasti sudah bisa menebak jawabannya, bukan?
Ya, dana darurat harus menjadi prioritas utama sebelum kamu mulai berinvestasi saham.
Usahakan untuk memiliki dana darurat minimal tiga kali pengeluaran rutin bulanan sebelum kamu mulai berinvestasi.
Setelah dana darurat minimalmu tercukupi, kamu bisa mulai mengumpulkan dana darurat hingga ideal sambil secara paralel mulai berinvestasi, termasuk di saham.
Dengan memiliki fondasi dana darurat yang kuat, kamu akan merasa lebih tenang dan siap menghadapi berbagai kemungkinan dalam hidup, termasuk fluktuasi dalam dunia investasi.
Tips Awal Investasi Saham untuk Pemula
Jika kamu tertarik untuk berinvestasi saham setelah dana daruratmu mencukupi, ada beberapa hal penting yang perlu kamu pahami sebagai pemula.
1. Mindset
Pertama, hindari mindset “main saham” atau trading jangka pendek.
Investasi di pasar modal adalah cara untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjangmu, bukan sekadar ajang spekulasi.
2. Belajar
Kedua, sebaiknya kamu belajar berinvestasi di aset lain terlebih dahulu sebelum membeli saham.
Pergerakan harga saham memiliki volatilitas yang tinggi.
Memiliki pengalaman dengan instrumen investasi lain yang pergerakannya mirip saham, seperti reksadana saham, bisa memberikanmu gambaran awal dan membiasakan diri dengan fluktuasi pasar.
3. Gunakan Uang Dingin
Ketiga, gunakan uang dingin, yaitu uang yang memang tidak dialokasikan untuk kebutuhan lain.
Jangan pernah menggunakan uang belanja atau uang untuk tujuan keuangan penting lainnya dengan harapan mendapatkan keuntungan cepat dari saham.
4. Jangan Berutang
Keempat, hindari berutang demi membeli saham.
Fluktuasi pasar saham tidak bisa diprediksi dengan pasti, dan berutang hanya akan menambah risiko finansialmu.
Kelima, mulailah dengan menabung saham.
Sebagai pemula, ini adalah metode yang paling cocok.
Kamu cukup membeli saham secara berkala sesuai dengan kemampuan finansialmu tanpa perlu terlalu khawatir dengan fluktuasi harga jangka pendek.
Metode ini akan membantumu terbiasa dengan pergerakan pasar saham secara bertahap.
Semoga penjelasan ini membantumu dalam menentukan prioritas keuanganmu.
Ingatlah, uang yang kamu simpan, baik dalam bentuk dana darurat maupun investasi, bukanlah untuk diperlombakan.
Gunakanlah dengan bijak sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuanganmu.
Jangan ragu untuk memulai dari nol dan terus belajar.*