4 Langkah Mudah Merapikan Pencatatan Keuangan Bisnis untuk Pemula

  • Bagikan
Ilustrasi 4 langkah merapihkan catatan keuangan Freepik Stocking
Ilustrasi 4 langkah merapihkan catatan keuangan Freepik Stocking

KAMAKAMU – Pengalaman pahit dalam berbisnis seringkali menjadi pelajaran berharga. 

Belajar mengelola keuangan bisnis sejak dini adalah investasi penting agar kamu tidak perlu mengulang dari nol. 

Artikel ini akan memandumu dalam lima langkah mudah untuk merapikan pencatatan keuangan bisnismu, fondasi penting menuju kesuksesan.

11 Kesalahan dalam Merintis Bisnis Kecil dan Solusinya

1. Memisahkan Rekening

Dilansir dari YouTube Kelly Patricia langkah pertama dan paling fundamental dalam mengelola keuangan bisnis adalah memisahkan rekening bisnis dengan rekening pribadi. 

Mungkin terdengar sepele, namun praktik mencampuradukkan kedua jenis rekening ini dapat menimbulkan kekacauan yang serius. 

Bayangkan jika semua transaksi pribadi dan bisnis tercampur dalam satu rekening. 

Akan sulit sekali untuk memantau kinerja keuangan bisnis secara akurat, mengetahui berapa modal yang sebenarnya dimiliki, dan mengukur kemampuan bisnis dalam memenuhi kewajibannya. 

Oleh karena itu, segera buka rekening bank khusus untuk bisnis begitu kamu memulainya.

2. Mencatat Transaksi

Setelah rekening bisnis sudah terpisah, langkah selanjutnya adalah mencatat setiap transaksi yang terjadi. 

Proses pencatatan ini meliputi uang masuk dan uang keluar. Untuk uang masuk, catat sumbernya (misalnya, penjualan, pembayaran DP, penjualan aset), jumlahnya, dan tanggal transaksinya. 

Demikian pula untuk uang keluar, catat peruntukannya (misalnya, pembayaran tagihan, pembelian ke supplier, restock barang), jumlahnya, dan tanggal transaksinya.

Dalam hal alat pencatatan, terdapat beberapa opsi yang bisa kamu pilih. Untuk opsi gratis, kamu dapat memanfaatkan spreadsheet seperti Excel atau Google Sheets. 

Bahkan, banyak bisnis yang masih menggunakan cara ini karena fleksibilitasnya. 

Namun, jika bisnismu memiliki kompleksitas transaksi yang lebih tinggi, terutama jika bergerak di bidang seperti F&B, kamu mungkin mempertimbangkan penggunaan sistem atau software akuntansi berbayar seperti Meari, Jurnal, atau Accurate (ini bukan endorsement).

3. Kategorisasi Transaksi Keuangan

Namun, mencatat uang masuk dan keluar saja tidaklah cukup. Langkah krusial berikutnya adalah mengategorikan setiap transaksi tersebut. 

Pengkategorian ini penting karena tidak semua uang masuk dapat dianggap sebagai penjualan, dan tidak semua uang keluar secara langsung mengurangi profit. 

Untuk uang masuk, biasanya dikategorikan menjadi penjualan (sales) dan non-penjualan (non-sales). 

Penjualan adalah pendapatan dari penjualan barang atau jasa, sementara non-penjualan bisa berasal dari DP pelanggan (selama pesanan belum selesai), penjualan aset, investasi, atau setoran modal pemilik.

Untuk uang keluar, pengategorian yang umum digunakan meliputi Harga Pokok Penjualan (HPP), biaya operasional, Capital Expenditure (Capex), dan financing. 

HPP mencakup biaya variabel yang terkait langsung dengan penjualan, seperti bahan baku, restock barang, dan upah tenaga kerja langsung. 

Biaya operasional adalah biaya tetap bulanan seperti gaji karyawan, sewa tempat, biaya pemasaran, dan utilitas. 

Capex adalah pengeluaran untuk aset jangka panjang seperti mesin atau kendaraan, termasuk biaya R&D dan pembelian aset tidak berwujud. 

Terakhir, financing berkaitan dengan transaksi pendanaan, utang, dan pemilik modal, seperti pembagian dividen atau pembayaran cicilan aset.

4. Menghitung Profit

Setelah semua transaksi tercatat dan terkategorikan dengan rapi, langkah selanjutnya adalah menghitung profit bisnismu. 

Cara yang paling mudah dan akurat adalah dengan membuat laporan laba rugi (income statement) sederhana. 

Laporan ini biasanya terdiri dari pendapatan penjualan dikurangi HPP untuk mendapatkan laba kotor (gross profit), kemudian dikurangi biaya operasional untuk mendapatkan laba bersih (net profit). 

Perlu diingat bahwa HPP dan biaya operasional adalah pos-pos yang mengurangi profit, sehingga dicatat dalam laporan laba rugi. 

Sementara itu, transaksi Capex dan financing mempengaruhi arus kas, sehingga dicatat dalam laporan arus kas (cash flow statement).

Cara Pemilik Bisnis Mendapatkan Penghasilan dari Usahanya

Akhirnya, setelah profit berhasil dihitung, pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana pemilik bisnis mendapatkan penghasilan dari usahanya. 

Terdapat dua cara utama: gaji pemilik dan pembagian keuntungan (profit sharing atau dividen). 

Gaji pemilik diberikan kepada pemilik yang aktif terlibat dalam operasional bisnis. Besarnya gaji ini sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan bisnis dan kebutuhan pribadi pemilik. 

Sementara itu, profit sharing atau dividen adalah pembagian sebagian keuntungan bersih bisnis kepada para pemilik modal, baik yang aktif maupun pasif. 

Besaran profit sharing biasanya berupa persentase tertentu dari laba bersih. 

Dana untuk gaji pemilik dan profit sharing inilah yang kemudian ditransfer dari rekening bisnis ke rekening pribadi pemilik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Dengan pemisahan rekening dan pengelolaan keuangan yang terstruktur, keuangan bisnis dan pribadi akan menjadi lebih jelas dan mudah diatur.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9 + 1 =
Powered by MathCaptcha