Cara Mudah Menghitung Break Even Point untuk Bisnis Kecil

  • Bagikan
Ilustrasi Cara Mudah Menghitung Break Even Point untuk Bisnis Kecil Freepik stocking
Ilustrasi Cara Mudah Menghitung Break Even Point untuk Bisnis Kecil Freepik stocking

KAMAKAMU – Meraup omzet jutaan rupiah tentu membuat senyum lebar. 

Namun, tahukah kamu, sebelum benar-benar menikmati keuntungan (cuan), ada satu titik penting yang wajib dilewati setiap bisnis? Titik itu bernama Break Even Point (BEP). 

Yuk, kita bedah tuntas cara menghitung BEP untuk bisnismu agar kamu bisa yakin kapan pundi-pundi keuntunganmu mulai terisi!

Rahasia Pebisnis Menghitung Harga Pokok Penjualan

Mungkin kamu pernah mendengar istilah BEP, tapi apa sebenarnya BEP itu? Sederhananya, BEP adalah titik impas dalam bisnis. 

Pada titik ini, total pendapatan bisnismu sama persis dengan total biaya yang dikeluarkan. 

Dengan kata lain, di atas titik BEP, bisnismu mulai menghasilkan keuntungan, sementara di bawahnya, kamu masih mengalami kerugian.

Untuk lebih jelasnya, bayangkan sebuah grafik. Di tengah grafik tersebut terdapat titik BEP, yang sering disebut juga titik profit event. 

Dilansir dari YouTube Kelly Patricia biasanya, BEP dinyatakan dalam bentuk jumlah unit atau produk yang harus terjual. Misalnya, BEP bisnismu adalah 1.000 produk. 

Ini berarti, jika kamu berhasil menjual lebih dari 1.000 produk, bisnismu berada di area profit. 

Sebaliknya, jika penjualanmu kurang dari 1.000 produk, bisnismu masih berada di area rugi.

Perlu diingat bahwa angka BEP setiap bisnis bisa berbeda-beda. Ada bisnis yang baru untung setelah menjual 1.000 produk, namun ada juga yang hanya perlu menjual 10 produk saja untuk mencapai titik impas. 

Lantas, bagaimana cara mengetahui angka BEP untuk bisnismu sendiri? Tenang, ada rumus sederhana yang bisa kamu gunakan.

Akan tetapi, sebelum menggunakan rumus BEP, ada beberapa informasi penting yang perlu kamu kumpulkan terlebih dahulu, yaitu biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost), dan harga jual produkmu. 

Harga jual tentu sudah kamu tetapkan, namun apa itu biaya tetap dan biaya variabel? Mari kita bahas satu per satu.

Mengenal Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost)

Mari kita mulai dengan biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya-biaya dalam bisnis yang jumlahnya cenderung stabil dan tidak terpengaruh oleh naik turunnya volume penjualan. 

Meskipun namanya biaya “tetap”, bukan berarti biaya ini tidak bisa berubah, ya. Yang dimaksud adalah perubahannya tidak langsung dipengaruhi oleh jumlah produk yang kamu jual. 

Contoh biaya tetap meliputi gaji karyawan, biaya sewa tempat usaha, depresiasi aset, biaya pemasaran bulanan, dan berbagai biaya operasional rutin lainnya. 

Untuk menghitung BEP, kamu perlu menjumlahkan seluruh biaya tetap bisnismu dalam satu periode waktu (biasanya per bulan).

Selanjutnya, ada biaya variabel. Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berbanding lurus dengan volume produksi atau penjualan. 

Semakin banyak produk yang kamu jual, semakin besar pula total biaya variabel yang kamu keluarkan. 

Biaya variabel sering juga disebut sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP). 

Contoh biaya variabel antara lain biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung (yang biasanya dihitung per unit atau per proyek, berbeda dengan gaji karyawan tetap), dan biaya kemasan. 

Untuk menghitung BEP, kamu perlu mengetahui biaya variabel per unit produk.

Rumus Sederhana Menghitung BEP

Setelah kamu berhasil mengumpulkan informasi mengenai biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jual per unit, kini saatnya menghitung BEP bisnismu. Rumus BEP sangatlah mudah:

​Rumus BEP (Jumlah Unit yang Harus Dijual):

Total Biaya Tetap dibagi dengan (Harga Jual per Unit dikurangi Biaya Variabel per Unit)

Penjelasan Singkat:

Total Biaya Tetap : Jumlah semua biaya bulanan bisnismu yang cenderung sama setiap bulannya, contohnya sewa tempat, gaji karyawan tetap, biaya marketing rutin.

Harga Jual per Unit: Harga jual satu produk atau layananmu ke pelanggan.

Biaya Variabel per Unit: Biaya yang dikeluarkan untuk membuat satu unit produk atau layanan, contohnya bahan baku, biaya pengemasan, upah tenaga kerja langsung per produk.

Cara Menggunakannya:

Jumlahkan semua biaya tetap bisnismu dalam satu bulan.

Tentukan harga jual untuk satu produk atau layananmu.

Hitung biaya variabel yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu produk atau layananmu.

Kurangkan biaya variabel per unit dari harga jual per unit. Hasilnya adalah margin keuntungan kotor per unit.

Bagi total biaya tetap dengan margin keuntungan kotor per unit. Hasilnya adalah jumlah unit produk atau layanan yang perlu kamu jual agar bisnismu tidak rugi dan tidak untung (balik modal).

Mengapa rumusnya seperti ini? Sederhananya, selisih antara harga jual per unit dengan biaya variabel per unit merupakan keuntungan kotor (margin kontribusi) dari setiap produk yang kamu jual. 

Keuntungan per unit ini akan digunakan untuk menutupi seluruh biaya tetap bisnismu. 

Oleh karena itu, dengan membagi total biaya tetap dengan margin kontribusi per unit, kamu akan mendapatkan jumlah unit produk yang perlu kamu jual untuk mencapai titik impas.

Contoh Penerapan Rumus BEP

Agar lebih mudah dipahami, mari kita ambil contoh. Katakanlah ada seorang pengusaha pakaian bernama Cindy. 

Cindy menjual satu potong baju dengan harga Rp150.000. Untuk memproduksi satu baju, ia mengeluarkan biaya bahan baku, upah penjahit, dan kemasan sebesar Rp60.000. 

Selain itu, setiap bulannya Cindy harus membayar sewa kios sebesar Rp3.000.000 dan biaya listrik sebesar Rp1.000.000. Jadi, total biaya tetap Cindy per bulan adalah Rp4.000.000.

Jadi, Cindy perlu menjual sekitar 45 potong baju setiap bulannya untuk mencapai titik impas. 

Jika Cindy berhasil menjual lebih dari 45 baju, maka bisnisnya akan mulai menghasilkan keuntungan. 

Sebaliknya, jika penjualan Cindy kurang dari 45 baju, bisnisnya masih mengalami kerugian dan belum mampu menutupi biaya operasionalnya.

BEP dan Pengambilan Keputusan Bisnis

Ternyata, BEP tidak hanya berfungsi untuk mengetahui kapan bisnismu mulai untung. 

Lebih dari itu, BEP juga dapat menjadi alat bantu yang sangat berguna dalam pengambilan berbagai keputusan bisnis. Mari kita lihat beberapa contohnya.

Pertama, BEP dapat membantu dalam mempertimbangkan perubahan harga. 

Mengacu pada contoh bisnis Cindy, misalnya Cindy berencana menurunkan harga jual bajunya menjadi Rp100.000 per potong. Dengan harga baru ini, kita bisa menghitung kembali BEP-nya:

Terlihat jelas bahwa dengan penurunan harga, Cindy harus menjual lebih banyak baju (100 unit) untuk mencapai BEP dibandingkan sebelumnya (45 unit). 

Keputusan untuk menurunkan harga perlu dipertimbangkan matang-matang dengan memperhitungkan kemampuan produksi dan potensi peningkatan volume penjualan.

Kedua, BEP juga relevan dalam mempertimbangkan perubahan biaya operasional. Misalnya, Cindy berencana mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp1.000.000 untuk iklan dengan harapan dapat meningkatkan penjualan. 

Dengan adanya tambahan biaya tetap ini, BEP Cindy akan berubah menjadi:

Dengan tambahan biaya iklan, Cindy perlu menjual sekitar 56 baju untuk mencapai BEP. C

indy perlu mengevaluasi apakah potensi peningkatan penjualan dari iklan tersebut dapat menutupi tambahan biaya dan meningkatkan keuntungan secara keseluruhan.

Ketiga, BEP juga berguna dalam mengevaluasi perubahan Harga Pokok Penjualan (HPP). 

Misalkan Cindy berhasil menemukan pemasok kain yang lebih murah sehingga biaya produksi per baju bisa ditekan dari Rp60.000 menjadi Rp50.000. Dengan penurunan biaya variabel ini.

Dengan penurunan HPP, Cindy hanya perlu menjual 40 baju untuk mencapai BEP, lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa efisiensi dalam pengelolaan biaya produksi dapat secara signifikan mempengaruhi profitabilitas bisnis.

Kesimpulan

Memahami dan menghitung BEP adalah langkah krusial bagi setiap pemilik bisnis, terutama bagi kamu yang baru merintis usaha kecil. 

Dengan mengetahui titik impas bisnismu, kamu tidak hanya tahu kapan mulai menghasilkan keuntungan, tetapi juga dapat membuat keputusan bisnis yang lebih terukur dan strategis terkait harga, biaya operasional, dan HPP. 

Namun, perlu diingat bahwa BEP hanyalah satu aspek dalam mengelola keuangan bisnis. Untuk benar-benar memahami seberapa besar keuntungan bisnismu, pencatatan keuangan yang akurat dan perhitungan profit yang benar juga sangat penting.* 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

11 + = 14
Powered by MathCaptcha