KAMAKAMU – Sering kali dalam menjalankan bisnis kita terjebak dalam paradigma bahwa kesuksesan hanya diukur dari keuntungan finansial.
Padahal, esensi bisnis yang sesungguhnya jauh lebih dalam.
Bisnis idealnya menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, memberikan manfaat bagi perusahaan, dan pada akhirnya, menafkahi keluarga serta menjadi amunisi dalam beribadah.
Pemimpin Bisnis Banyak Terjangkit 2 Penyakit Ini
Tentu saja, semua itu harus dilakukan dalam koridor syariah, yaitu halal dan thayyib.
Harga vs Nilai
Lantas, mengapa banyak pelaku bisnis yang menggunakan trik penjualan yang meragukan? Mari kita kembali ke formula dasar jual beli harga versus nilai.
Dilansir dari YouTube Jaya Setiabudi harga adalah apa yang dibayarkan, baik materi maupun non-materi, seperti uang, waktu, dan tenaga.
Sementara itu, nilai adalah apa yang diharapkan oleh pelanggan, baik secara rasional maupun emosional.
Nilai rasional berkaitan dengan fungsi, bahan, dan kualitas produk, sedangkan nilai emosional mencakup layanan, model, dan pengalaman yang dirasakan pelanggan.
Kepuasan Pelanggan
Ketika pelanggan merasa bahwa nilai yang mereka dapatkan sebanding atau bahkan lebih besar dari harga yang dibayarkan, mereka akan merasa puas.
Kepuasan ini akan berujung pada doa baik, keberkahan, dan bahkan repeat order atau referensi.
Sebaliknya, jika pelanggan merasa kecewa karena harga yang dibayarkan tidak sebanding dengan nilai yang didapatkan, mereka tidak akan ragu untuk memberikan ulasan negatif.
Lebih parahnya, efek tersebut dapat menyebar dari mulut ke mulut.
Risiko dari Praktik Bisnis yang Tidak Thayyib
Sayangnya, masih banyak pelaku bisnis yang hanya berfokus pada pengembalian modal atau keuntungan semata, tanpa mempedulikan dampak negatif yang ditimbulkan.
Padahal, praktik bisnis yang tidak thayyib dapat menimbulkan risiko besar, baik di dunia maupun di akhirat.
Doa orang yang terzalimi sangatlah manjur, dan dampaknya bisa berimbas pada orang-orang terdekat kita.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengedepankan kejujuran dan integritas dalam berbisnis.
Meneladani Rasulullah SAW dalam Berbisnis
Jika kita ragu apakah suatu trik pemasaran itu sesat atau tidak, tanyakan pada diri sendiri apakah hal itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Beliau adalah sebaik-baiknya teladan dalam berbisnis.
Prinsip dasar bisnis yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah ridha sama ridha, tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Membangun Bisnis yang Berkah dan Berkelanjutan
Alih-alih menggunakan trik manipulasi yang merugikan, mari kita fokus pada membangun bisnis yang memberikan nilai nyata bagi pelanggan.
Bisnis yang sukses dan bertahan lama adalah bisnis yang berawal dari produk atau layanan yang memuaskan pelanggan.
Pertumbuhan yang organik mungkin lebih lambat, tetapi jauh lebih stabil dan membawa keberkahan.
Bijak dalam Memanfaatkan Teknologi dan Pemasaran
Tentu saja, kita boleh memanfaatkan teknologi dan pemasaran berbayar untuk mengembangkan bisnis.
Namun, pastikan bahwa semua itu dilakukan dengan cara dan konten yang jujur, tanpa manipulasi.
Mari kita menjadi bagian dari komunitas yang senantiasa mengejar keberkahan dalam setiap langkah bisnis kita.*