KAMAKAMU – Pernah lihat iklan yang sukses di luar negeri, tapi pas ditiru di Indonesia malah gagal? Atau mungkin kamu sendiri pernah mengalami hal serupa?
Salah satu penyebabnya bisa jadi karena perbedaan jenis produk dan strategi marketing yang kurang tepat.
Yuk, pahami perbedaan strategi marketing untuk produk low dan high involvement agar bisnismu makin sukses!
Cara Bikin Pesan Marketing yang Generik Jadi Menarik
Mengapa Strategi Marketing Tidak Bisa Sembarangan Diadaptasi?
Banyak yang beranggapan bahwa strategi marketing yang sukses di suatu tempat atau untuk suatu produk pasti akan berhasil jika diterapkan di tempat lain atau untuk produk yang berbeda.
Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Ada berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan suatu strategi marketing, salah satunya adalah jenis produk yang dipasarkan.
Secara mendasar, produk dapat dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan tingkat keterlibatan konsumen dalam proses pembelian, yaitu produk low involvement dan produk high involvement.
Produk Low Involvement
Dilansir dari YouTube Marketeers TV produk low involvement adalah produk yang biasanya dibeli secara impulsif, tanpa banyak pertimbangan.
Contohnya adalah makanan ringan, minuman, atau permen. Produk-produk ini umumnya memiliki harga yang relatif murah, risiko kegagalan yang rendah, dan tidak memerlukan pengetahuan teknis yang mendalam.
Dalam proses pembelian produk low involvement, konsumen biasanya tidak melakukan riset yang mendalam atau membandingkan banyak pilihan.
Mereka cenderung membeli produk yang familiar atau yang menarik perhatian mereka saat itu juga.
Oleh karena itu, strategi marketing untuk produk low involvement harus fokus pada penciptaan kesadaran merek, penempatan produk yang strategis, dan promosi yang menarik.
Produk High Involvement
Berbeda dengan produk low involvement, produk high involvement adalah produk yang memerlukan pertimbangan yang matang sebelum dibeli.
Contohnya adalah mobil, rumah, atau produk elektronik. Produk-produk ini umumnya memiliki harga yang mahal, risiko kegagalan yang tinggi, dan memerlukan pengetahuan teknis yang mendalam.
Dalam proses pembelian produk high involvement, konsumen biasanya melakukan riset yang mendalam, membandingkan banyak pilihan, dan mencari informasi dari berbagai sumber.
Oleh karena itu, strategi marketing untuk produk high involvement harus fokus pada penyediaan informasi yang lengkap dan akurat, membangun kepercayaan konsumen, dan memberikan pelayanan purna jual yang baik.
Perbedaan Utama dalam Strategi Marketing
Perbedaan utama antara strategi marketing untuk produk low involvement dan high involvement terletak pada fokus dan pendekatannya.
Untuk produk low involvement, fokusnya adalah pada penciptaan kesadaran merek dan pemicuan pembelian impulsif.
Sementara untuk produk high involvement, fokusnya adalah pada penyediaan informasi, pembangunan kepercayaan, dan pelayanan purna jual.
Selain itu, saluran marketing yang digunakan juga berbeda. Produk low involvement lebih efektif dipasarkan melalui iklan televisi, media sosial, atau promosi di tempat penjualan.
Sedangkan produk high involvement lebih efektif dipasarkan melalui website, konten edukatif, atau pameran.
Kesimpulan
Memahami perbedaan antara produk low involvement dan high involvement sangat penting dalam merancang strategi marketing yang efektif. Jangan asal jiplak strategi kompetitor, tetapi sesuaikan dengan jenis produk dan perilaku konsumen. Dengan strategi yang tepat, bisnismu pasti akan meraih kesuksesan.*