KAMAKAMU – Istilah “quiet quitting” yang awalnya populer di kalangan karyawan, kini merambah dunia konsumen.
Konsumen diam-diam meninggalkan brand tanpa keluhan, bahkan beralih ke kompetitor.
Fenomena ini menjadi tantangan baru bagi pemilik bisnis untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.
Cara Sukses Bisnis Air Minum Dalam Kemasan, Masih Ada Kesempatan!
Mengenal Fenomena Quiet Quitting dalam Konteks Konsumen
“Quiet quitting” konsumen adalah kondisi di mana pelanggan tetap menggunakan produk atau jasa suatu brand, namun tidak lagi loyal atau antusias.
Mereka tidak memberikan keluhan, tetapi juga tidak merekomendasikan brand tersebut kepada orang lain.
Bahkan, mereka bisa saja diam-diam beralih ke kompetitor tanpa pemberitahuan.
Dilansir dari YouTube Marketeers TV Fenomena ini berbeda dengan “noise quitting”, di mana konsumen meluapkan kekecewaannya melalui komplain keras di berbagai platform.
Mengapa Konsumen Melakukan “Quiet Quitting”?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan konsumen melakukan “quiet quitting”.
Pertama, mereka mungkin menemukan opsi yang lebih baik dari kompetitor.
Kedua, mereka kecewa dengan brand, tetapi tidak yakin keluhan mereka akan didengar atau ditindaklanjuti.
Ketiga, mereka merasa tidak memiliki koneksi emosional dengan brand tersebut. Keempat, adanya pengalaman buruk yang tidak terselesaikan.
Dampak “Quiet Quitting” bagi Bisnis
“Quiet quitting” konsumen dapat berdampak negatif bagi bisnis dalam jangka panjang.
Tanpa keluhan, brand mungkin tidak menyadari adanya masalah dan kehilangan kesempatan untuk memperbaikinya.
Selain itu, hilangnya loyalitas pelanggan dapat mengurangi pendapatan dan pangsa pasar.
Lebih parah lagi, konsumen yang diam-diam pergi ini, dapat memberikan efek domino dengan menceritakan pengalaman buruknya dari mulut ke mulut.
Strategi Mengatasi “Quiet Quitting” Konsumen
Untuk mengatasi “quiet quitting”, brand perlu membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan.
Pertama, berikan pengalaman pelanggan yang positif dan konsisten di setiap titik interaksi.
Kedua, bangun komunikasi dua arah yang aktif dengan pelanggan melalui berbagai saluran.
Ketiga, tunjukkan bahwa brand peduli dengan pelanggan dan siap mendengarkan keluhan mereka.
Keempat, bangun komunitas pelanggan yang solid untuk meningkatkan rasa memiliki dan loyalitas.
Kelima, berikan pelayanan pelanggan yang responsif dan solutif.
Membangun Loyalitas Pelanggan Melalui Brand Building
Brand building yang kuat dapat menjadi senjata ampuh untuk melawan “quiet quitting”.
Bangun kredibilitas dan persepsi positif tentang brand melalui konten yang relevan, kampanye pemasaran yang menarik, dan interaksi yang autentik dengan pelanggan.
Selain itu, pastikan setiap karyawan memahami nilai-nilai brand dan mampu merepresentasikannya dengan baik dalam setiap interaksi dengan pelanggan.
Responsif dan Akuntabilitas
Di era media sosial, responsif dan akuntabilitas menjadi kunci penting. Tanggapi setiap keluhan pelanggan dengan cepat dan profesional, baik di platform publik maupun pribadi.
Jangan pernah menghapus keluhan, tetapi selesaikan masalah secara transparan dan berikan solusi yang memuaskan.
Tunjukkan bahwa brand bertanggung jawab atas setiap kesalahan dan berkomitmen untuk memperbaikinya.
Kesimpulan
“Quiet quitting” konsumen adalah fenomena yang perlu diwaspadai oleh setiap bisnis. Dengan memahami penyebab dan menerapkan strategi yang tepat, kamu dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan, meningkatkan loyalitas, dan menjaga keberlangsungan bisnismu di tengah persaingan yang ketat.*