Cara Membuat Konten Marketing untuk Brand

  • Bagikan
Ilustrasi membuat konten video untuk brand Freepik
Ilustrasi membuat konten video untuk brand Freepik

KAMAKAMU – Beberapa tahun belakangan ini, kehadiran media sosial yang masif banget membuka peluang baru buat banyak orang.

Dulu, kita cuma bisa jadi konsumen, tapi sekarang kita juga bisa jadi “prosumer”, alias produsen sekaligus konsumen.

Penjualan kamera meningkat drastis, bukan cuma di level pro, tapi juga di kalangan amatir. Jumlah konten yang diunggah pun melonjak tajam.

Cara Bersaing di Pasar yang Dikuasai Brand Besar

Bahkan, anak sekolah sekarang tugasnya bikin video dan upload di YouTube. Pengembangan smartphone pun fokus banget di kemampuan kamera.

Di mana-mana, kita bisa lihat orang jadi kameraman sekaligus presenter dadakan.

Misalnya, di restoran, sebelum makanannya disentuh, pasti direkam dulu. Di bandara, ada video “kita sudah mendarat di Bali”.

Di tempat wisata, di rumah, setelah belanja, semuanya langsung di-review dan diunggah. Fenomena ini bikin banyak orang sadar untuk jadi content creator, dan akhirnya, content marketing pun muncul.

Brand Juga Punya Peluang

Nah, ngomongin soal content marketing, brand juga punya lebih banyak channel sekarang. Jadi, ini bukan cuma soal konten, tapi juga soal bagaimana brand bisa memanfaatkan peluang ini.

Dilansir dari YouTube Marketeers TV dulu, brand itu kaku banget, tapi sekarang mereka lebih fleksibel dan kreatif.

Banyak brand yang ikut bikin konten, tapi sayangnya, banyak juga yang lupa sama fundamentalnya. Padahal, bikin konten buat brand itu beda banget sama bikin konten buat pribadi.

Jangan Cuma “Brand Centric”

Salah satu fungsi utama konten adalah menarik perhatian. Coba deh ingat-ingat, kalau kita kenalan sama orang baru, siapa yang paling duluan kita ingat? Pasti yang paling sering cerita, kan? Konten itu sebenarnya framing.

Kita bisa zoom in, zoom out, atau geser perspektif sedikit buat bikin sesuatu yang biasa jadi luar biasa. Misalnya, pejabat publik yang biasanya kelihatan serius, bisa kita tampilkan sisi hobinya yang unik.

Tapi, kesalahan yang sering terjadi adalah menjadikan brand sebagai subjek tanpa membangun relevansi.

Akhirnya, kontennya cuma “brand centric” aja. Ingat, brand story itu bukan cuma soal brand, tapi juga soal konsumen.

Nike, misalnya, selalu cerita soal konsumennya, bukan soal sepatunya. Mereka cuma jadi supporter di belakang layar.

Membangun Memori: Lebih dari Sekadar Viral

Selain menarik perhatian, konten juga harus bisa bikin orang ingat. Tapi, bukan cuma ingat ceritanya, tapi juga brand-nya.

Gimana caranya? Pertama, konten harus punya “emotional flavor”. Sesuatu yang emosional itu cenderung lebih mudah diingat. Kedua, konten harus relevan. Jangan sampai ceritanya diingat, tapi brand-nya dilupakan.

Misalnya, banyak banget brand makanan yang bikin video masak. Gimana caranya biar video masak kita beda? Atau, kalau mau ikut tren bagi-bagi duit, gimana caranya biar relevan sama brand? Ingat, aset brand itu penting.

Jarum, misalnya, membangun Jarum Super, lalu disambung jadi Super Soccer. Tanpa Jarum pun, orang akan ingat Super Soccer itu punya Jarum.

Menciptakan Kebutuhan Lewat Konteks

Sebagai pemilik brand, kita harus sadar kalau konsumen itu nggak selalu bisa bayangin semua hal. Kita perlu bangun konteks buat kasih inspirasi ke mereka.

Contohnya, Ikea yang menata produknya dalam konteks ruangan, bukan cuma pajang sofa aja. Atau, developer properti yang selalu menampilkan show unit dengan interior lengkap.

Di konten, kita bisa lihat banyak contoh, seperti video masak yang menampilkan konteks penggunaan produk.

Atau, produk kamera yang menampilkan hasil foto dan video yang bagus. Intinya, kita perlu bantu konsumen untuk membayangkan produk kita dalam kehidupan mereka.

Membangun Hubungan Lewat Cerita

Content marketing juga bisa digunakan untuk membangun hubungan. Cerita punya kekuatan dahsyat untuk itu.

Ingat, cara paling ampuh untuk meningkatkan hubungan sama pasangan adalah dengan berbagi cerita. Nonton bioskop bareng, liburan bareng, itu semua tentang berbagi cerita.

Kenapa cerita bisa membangun hubungan? Karena cerita itu mentrigger emosi. Otak kita membangun keterikatan terhadap hal-hal yang melibatkan emosi. Kalau brand kita bisa masuk ke sana, kita bisa membangun hubungan yang kuat sama konsumen.

Lebih dari Sekadar Hiburan

Jadi, content marketing itu lebih dari sekadar lucu-lucuan atau viral-viralan yang gampang dilupain. Ini tentang membangun relevansi, bikin orang ingat brand kita, dan membangun hubungan yang kuat. Semoga artikel ini bermanfaat buat kamu, ya.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

46 − = 42
Powered by MathCaptcha