Blunder Seorang Telesales, Awas Bikin Brand Reputation Hancur!

  • Bagikan
Ilustrasi seorang telesales Freepik
Ilustrasi seorang telesales Freepik

KAMAKAMU – Rasanya, hampir semua dari kita pernah ya dihubungi oleh telesales. Entah itu menawarkan kartu kredit, pinjaman online, asuransi, paket liburan, dan lain-lain.

Tapi, tahukah kamu? Ternyata, banyak upaya penjualan melalui telesales yang justru berujung pada kegagalan, bahkan merusak reputasi merek.

Framework Marketing, Catat Agar Kamu Tidak Salah Paham!

Kenapa Telesales Sering Gagal?

Dilansir dari YouTube Marketeers TV gagal di sini bukan hanya soal penolakan dari konsumen, tapi lebih dari itu, reputasi merek yang jadi taruhannya. Banyak konsumen yang akhirnya jadi benci dengan merek tersebut.

Bahkan, di Amerika, orang-orang sudah terbiasa langsung mematikan telepon tanpa basa-basi saat dihubungi telesales.

Paradoks Telesales

Salah satu penyebab utama kegagalan telesales adalah kurangnya kemampuan improvisasi. Banyak telesales yang hanya terpaku pada skrip baku, sehingga terkesan seperti robot. 

Pola yang selalu sama ini membuat konsumen mudah menebak dan mengantisipasi.

Teknik Telesales yang Sering Jadi Bumerang

Menyebut Nama Lengkap

Meskipun tujuannya untuk memastikan identitas, cara ini justru membuat telesales mudah dikenali dan diantisipasi.

Menggunakan Teknik “Selamat Anda Terpilih”

Sekilas, ini terdengar seperti memberikan pleasure. Tapi, konsumen akan bertanya-tanya, “Siapa kamu? Kenapa kamu memilih saya?”.

Pesan Informatif yang Terkesan Tidak Agresif

Cara ini mungkin bisa menurunkan defense mechanism konsumen. Tapi, jika dilakukan berulang-ulang, konsumen akan mulai mengenali dan mengantisipasi.

Nyerocos Tanpa Memberi Kesempatan Bicara

Telesales sering kali terlalu fokus menjelaskan produk tanpa memberi kesempatan konsumen untuk bertanya atau berkomentar. Padahal, membangun trust itu penting.

Menciptakan Urgensi Palsu

Menawarkan penawaran terbatas yang hanya berlaku saat itu juga bisa membuat konsumen curiga.

Terlalu Fokus pada “Problem to Solve”

Konsumen punya hak untuk tidak menjelaskan keberatannya. Terlalu memaksakan mencari masalah yang bisa diselesaikan bisa berujung pada penolakan.

Memberikan Solusi yang Tidak Masuk Akal

Menawarkan solusi yang tidak relevan atau menguntungkan perusahaan semata hanya akan membuat konsumen merasa tidak dihargai.

Lalu, Bagaimana Seharusnya?

Perbarui Skrip Secara Berkala

Konsumen belajar dari repetisi. Skrip yang itu-itu saja akan mudah diantisipasi.

Sell Yourself Before Your Product

Bangun trust dulu, baru tawarkan produk.

Jaga Reputasi Merek

Jangan sampai mengejar target penjualan dengan mengorbankan reputasi merek.

Kesimpulan

Intinya, telesales memang membutuhkan skrip agar konsisten, tetapi konsumen juga punya perasaan dan kemampuan untuk menilai. Jadi, penting untuk menemukan keseimbangan antara skrip dan improvisasi, serta selalu mengutamakan kepentingan konsumen.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

12 + = 21
Powered by MathCaptcha