Alasan Bank Digital Bisa Lebih Cuan dari Bank Konvensional

  • Bagikan
Ilustrasi bank digital Freepik fanjianhua
Ilustrasi bank digital Freepik fanjianhua

KAMAKAMU – Beberapa tahun belakangan ini, dunia perbankan Indonesia diramaikan dengan kehadiran bank-bank digital baru.

Ada yang merupakan anak perusahaan dari bank besar, ada yang hasil joint venture antara bank besar dan perusahaan teknologi, dan ada pula yang benar-benar pemain baru.

Kehadiran mereka tentu menimbulkan pertanyaan bisakah bank-bank digital ini berkembang dan menggeser dominasi bank konvensional yang sudah lama mapan?

Cara agar Bisnis Kuliner Tidak Cepat Gulung Tikar

Lalu, Apa yang Ditawarkan Bank Digital?

Dilansir dari YouTube Marketeers TV Bank-bank digital ini menawarkan berbagai kemudahan yang sebelumnya tidak ada di bank konvensional.

Mereka memiliki aplikasi yang memungkinkan segala transaksi dilakukan secara digital, bahkan pembukaan rekening pun bisa dilakukan lewat aplikasi.

Selain itu, mereka juga menawarkan fitur-fitur tambahan seperti financial advice dan pay later.

Mampukah Bank Digital Merebut Pasar?

Pertanyaan besarnya, mampukah bank-bank digital yang masih baru ini merebut pangsa pasar dari bank-bank konvensional?

Apakah mereka akan fokus pada pasar anak muda yang belum memiliki rekening, atau mencoba merebut pasar dari nasabah bank konvensional yang menginginkan fitur-fitur yang lebih lengkap?

Perlu diingat bahwa switching antar bank konvensional saja tidak mudah. Komposisi bank-bank besar di Indonesia pun tidak banyak berubah dari dulu hingga sekarang.

Lalu, bagaimana caranya bank-bank digital baru ini bisa merebut pangsa pasar dengan cepat?

Tantangan yang Dihadapi Bank Digital

Sebenarnya, membuat aplikasi dengan fitur lengkap itu lebih mudah daripada mengakuisisi pengguna, apalagi di industri perbankan.

Contohnya, aplikasi m-BCA yang terbilang jadul pun masih banyak digunakan oleh nasabah BCA.

Di sisi lain, bank-bank konvensional juga tidak tinggal diam.

BCA, misalnya, sudah menyiapkan beberapa strategi, termasuk membangun kapabilitas platform mobile banking dan mendirikan bank digital bernama Blu.

Bank-bank konvensional lainnya pun berlomba-lomba meningkatkan kapabilitas aplikasi mereka.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Produk

Dalam mengadopsi suatu produk, konsumen selalu mencari kesenangan (pleasure), menghindari rasa sakit (pain), dan menghemat energi. Mari kita bahas satu per satu dalam konteks bank digital:

Pleasure

Fitur-fitur yang ditawarkan bank digital harus relevan dan signifikan. Misalnya, bunga yang lebih tinggi atau transfer gratis tanpa batas.

Pain

Bank digital harus bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi konsumen. Misalnya, biaya transfer antar bank yang mahal.

Conserve Energy

Ini adalah faktor terpenting, terutama untuk produk dengan biaya switching yang besar. Bank digital harus bisa menawarkan pengalaman yang frictionless, seperti kemudahan akses ke ATM dan merchant.

Membangun Kebiasaan Nasabah

Selain itu, bank digital juga perlu membangun kebiasaan nasabah. Tujuannya bukan hanya mengakuisisi nasabah, tetapi juga mendorong perputaran uang di rekening. Caranya adalah dengan memastikan keterhubungan dengan sumber dana dan mendorong kerja sama dengan banyak merchant.

Kesimpulan

Keberhasilan bank digital dalam merebut pangsa pasar masih menjadi teka-teki. Apakah era perbankan akan berubah dengan kehadiran bank-bank digital baru, atau bank-bank konvensional yang akan memenangkan persaingan dengan mengembangkan fitur-fitur digital mereka?

Untuk bisa bersaing, bank digital perlu memastikan pleasure yang cukup, menghindari friction tambahan, dan membangun ekosistem yang terhubung dengan sumber dana dan merchant.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 89 = 97
Powered by MathCaptcha