KAMAKAMU – Menjual makanan bukan hanya soal rasa, tetapi juga bagaimana membangun koneksi dengan pelanggan.
Salah satu teknik pemasaran yang efektif adalah storytelling.
Dengan teknik ini, sebuah produk bisa memiliki cerita yang menarik, sehingga lebih mudah diingat dan menciptakan ketertarikan emosional bagi calon pembeli.
Strategi Sukses Berjualan dengan Gerobak, Lakukan Ini
1. Mengenali Target Pasar
Dilansir dari YouTube Upgraded Sebelum menyusun storytelling, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami siapa target pasar yang dituju.
Misalnya, jika targetnya adalah karyawan swasta berusia 23-30 tahun yang tinggal di kota besar, mereka mungkin sering merasa lapar di sore hari tetapi bingung memilih camilan yang sehat dan tidak membosankan.
Mengetahui karakteristik ini membantu dalam menyusun cerita yang relevan dan menarik bagi mereka.
2. Menentukan Pesan yang Ingin Disampaikan
Setelah memahami target pasar, langkah berikutnya adalah menentukan pesan utama yang ingin dikomunikasikan.
Dalam konteks jualan makanan, hal ini mencakup fitur dan manfaat produk.
Misalnya, produk tahu goreng crispy yang selalu fresh dan menggunakan minyak kemasan.
Fitur ini bisa dikembangkan menjadi manfaat, seperti rasa yang khas, tekstur yang kenyal, dan lebih sehat karena tidak berminyak berlebihan.
3. Memilih Platform yang Tepat
Platform pemasaran juga berperan penting dalam keberhasilan storytelling.
Media sosial seperti Facebook dan Instagram adalah pilihan yang efektif untuk menjangkau lebih banyak calon pelanggan.
Format storytelling bisa disajikan dalam bentuk caption, video pendek, atau bahkan percakapan antara tokoh fiktif yang merepresentasikan target pasar.
Contoh Storytelling untuk Jualan Makanan
Salah satu cara menyusun storytelling adalah dengan membuat skenario percakapan ringan yang relatable dengan keseharian audiens. Contohnya:
“Saat sore hari, Anita merasa lapar tetapi bingung ingin makan apa. Ia ragu memilih gorengan karena khawatir terlalu berminyak. Tiba-tiba, temannya Susi datang membawa tahu goreng crispy. ‘Coba deh, ini beda dari gorengan biasa. Tidak terlalu berminyak, rasanya gurih, dan dalamnya ada cabai serta sedikit rasa manis,’ kata Jennifer. Setelah mencicipi, Anita setuju dan bertanya, ‘Beli di mana?’ Susi pun merekomendasikan website tahu goreng crispy tersebut.”
Cerita seperti ini lebih menarik dibanding sekadar menulis deskripsi produk secara langsung. Dengan pendekatan storytelling, audiens dapat membayangkan pengalaman mencicipi produk tersebut dan merasa lebih dekat dengan brand.
Membedakan Storytelling dengan Copywriting Biasa
Berbeda dengan copywriting yang langsung menonjolkan promosi, storytelling lebih fokus pada pengalaman dan emosi pelanggan.
Copywriting biasanya bersifat persuasif dengan ajakan langsung seperti “Mau camilan enak? Coba tahu crispy kami sekarang!”.
Sementara itu, storytelling membangun cerita agar audiens merasa tertarik dan ingin mencoba produk secara alami.
Mengukur Keberhasilan Storytelling dalam Jualan Makanan
Setelah menerapkan storytelling, penting untuk melakukan evaluasi. Caranya bisa dengan melihat keterlibatan audiens di media sosial, seperti jumlah komentar, share, dan interaksi lainnya.
Jika storytelling lebih diminati dibanding copywriting biasa, strategi ini bisa diteruskan dalam kampanye pemasaran selanjutnya.
Kesimpulan
Menggunakan teknik storytelling dalam jualan makanan adalah strategi yang efektif untuk menarik perhatian pelanggan. Dengan memahami target pasar, menentukan pesan yang ingin disampaikan, serta memilih platform yang tepat, storytelling bisa menjadi alat pemasaran yang ampuh. Kombinasi antara cerita menarik dan informasi produk yang relevan akan membantu meningkatkan penjualan serta menciptakan koneksi emosional dengan pelanggan.*