8 Langkah Membuat Pembukuan Keuangan Bisnis Kuliner

  • Bagikan
Ilustrasi pembukuan bisnis kuliner Freepik Rawpixel com
Ilustrasi pembukuan bisnis kuliner Freepik Rawpixel com

KAMAKAMU – Membangun bisnis kuliner gerobakan memang menjanjikan, tetapi tanpa pembukuan yang rapi, keuangan bisa berantakan.

Untuk menghindari hal ini, diperlukan pencatatan yang jelas dan terstruktur agar bisnis tetap berjalan lancar.

Memahami pembukuan sederhana membuat pemilik usaha bisa mengontrol arus kas, memantau pendapatan, serta mengelola pengeluaran secara efisien.

Strategi Up-Selling untuk Meningkatkan Penjualan di Outlet Kuliner

1. Menyusun Perencanaan Arus Kas

Dilansir dari YouTube Foodizz Channel Langkah pertama dalam membuat pembukuan adalah menyusun perencanaan arus kas. Proses ini dimulai dengan memperkirakan pendapatan untuk bulan berikutnya berdasarkan data historis.

Jika rata-rata pendapatan harian sebesar Rp500.000, maka proyeksi pendapatan bulanan bisa mencapai Rp15 juta.

Setelah mengetahui jumlah pendapatan, pemilik bisnis juga harus menentukan target keuntungan yang ingin dibawa pulang.

Jika target keuntungan Rp5 juta, maka total pengeluaran tidak boleh lebih dari Rp10 juta.

2. Mengelompokkan Pendapatan dan Pengeluaran

Setelah menyusun perencanaan keuangan, langkah berikutnya adalah mengelompokkan sumber pendapatan dan pengeluaran.

Misalnya, pendapatan berasal dari penjualan langsung dan layanan pesan antar seperti GoFood atau GrabFood.

Jika pendapatan dari pesan antar mencapai Rp3 juta, maka sisa Rp12 juta berasal dari penjualan langsung.

Selain itu, kategori pengeluaran juga harus dicatat, seperti biaya bahan baku, gaji karyawan, sewa tempat, dan biaya operasional lainnya.

3. Menetapkan Alokasi Anggaran

Setiap pos pendapatan dan pengeluaran perlu dialokasikan dengan persentase tertentu agar bisnis tetap stabil.

Misalnya, dari total pendapatan Rp15 juta, 40% atau Rp6 juta dialokasikan untuk bahan baku.

Pembatasan ini penting agar pengeluaran tidak melebihi rencana awal.

Mencatat setiap transaksi membuat pemilik usaha bisa mengetahui apakah realisasi anggaran masih sesuai atau perlu dilakukan penyesuaian.

4. Mencatat Seluruh Transaksi Harian

Langkah berikutnya adalah mencatat seluruh transaksi harian, baik pendapatan maupun pengeluaran.

Setiap hari, pemilik bisnis perlu mencatat pemasukan dan membandingkannya dengan target harian.

Jika dalam 10 hari pertama pendapatan baru mencapai Rp4 juta dari target Rp5 juta, maka perlu dilakukan evaluasi.

Pendapatan yang tidak mencapai target berarti pengeluaran juga harus disesuaikan agar tetap seimbang.

5. Memantau Pengeluaran Secara Berkala

Pencatatan pengeluaran harus dilakukan dengan disiplin agar tidak terjadi pemborosan.

Setiap hari, biaya operasional seperti listrik, kebersihan, dan bahan baku harus dicatat.

Jika ada pengeluaran yang melebihi anggaran, pemilik bisnis bisa segera mengambil tindakan untuk menghemat biaya.

Melalui cara ini, keuntungan bisa lebih terjaga tanpa harus mengorbankan kualitas operasional.

6. Menyusun Laporan Keuangan Sederhana

Setelah satu bulan berjalan, seluruh data pendapatan dan pengeluaran bisa dirangkum dalam laporan keuangan sederhana.

Pemilik bisnis bisa menggunakan metode pencatatan sederhana, seperti pencatatan debit dan kredit, untuk melihat keseimbangan keuangan.

Jika pengeluaran lebih besar dari pemasukan, perlu dilakukan evaluasi dan strategi pengurangan biaya agar keuntungan tetap terjaga.

7. Mengevaluasi Kinerja Keuangan

Evaluasi keuangan perlu dilakukan setiap bulan untuk mengetahui apakah strategi bisnis berjalan efektif.

Dengan melihat laporan keuangan, pemilik usaha bisa menilai apakah target pendapatan tercapai atau justru mengalami penurunan.

Jika ada kendala, maka bisa dilakukan perbaikan strategi pemasaran atau pengurangan biaya operasional yang tidak diperlukan.

8. Merencanakan Keuangan Bulan Berikutnya

Setelah evaluasi dilakukan, langkah terakhir adalah menyusun perencanaan keuangan untuk bulan berikutnya.

Data dari bulan sebelumnya bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran dan memaksimalkan pendapatan.

Pembukuan yang rapi dan disiplin dalam mencatat transaksi membuat bisnis kuliner gerobakan bisa berkembang lebih pesat dan berkelanjutan.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

70 + = 76
Powered by MathCaptcha