Antrean LPG 3 Kg Sebabkan Korban Jiwa, Prabowo Diminta Evaluasi Kebijakan Bahlil

  • Bagikan
Kolase foto Prabowo dan Bahlil doc Istimewa
Kolase foto Prabowo dan Bahlil doc Istimewa

KAMAKAMU – Seorang lansia di Pamulang meninggal dunia saat mengantre untuk mendapatkan gas elpiji subsidi 3 kg.

Peristiwa ini menimbulkan polemik di tengah masyarakat, terutama terkait kebijakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia.

Pegiat media sosial, Stefan Antonio, menyoroti dampak kebijakan tersebut dan menantang Presiden Prabowo Subianto untuk mengambil sikap.

Strategi Menghadapi Kompetitor yang Bisnisnya Sama

Stefan secara terbuka menyampaikan kritiknya terhadap kebijakan yang melarang pengecer menjual elpiji 3 kg.

Menurutnya, keputusan tersebut membawa dampak besar bagi masyarakat kecil, bahkan hingga merenggut nyawa.

“Pak Prabowo, masalah hilangnya nyawa seorang nenek akibat kebijakan Bahlil ini bagaimana?” tulis Stefan melalui akun media sosial X @StefanAntonio_18 pada Selasa 4 Februari 2025.

Ia juga mempertanyakan apakah Prabowo masih akan mempertahankan Bahlil sebagai menteri setelah kebijakan yang dikeluarkannya menyebabkan korban jiwa.

“Dan masihkah juga Anda memakai pembantu Anda ini menjadi Menteri?” cetusnya.

Dalam kritiknya, Stefan mengingatkan bahwa seorang pemimpin bertanggung jawab atas keselamatan rakyatnya.

Ia menyoroti bahwa kebijakan yang diambil tanpa mempertimbangkan dampak di lapangan dapat berakibat fatal.

“Haruskah ada permaafan, bahkan ketika seorang rakyat Anda harus meregang nyawa akibat keputusan pembantu Anda?” timpalnya.

Stefan juga menuntut pertanggungjawaban langsung dari Menteri ESDM serta Presiden Prabowo atas kebijakan yang dinilai merugikan masyarakat.

“Tidak adakah pertanggungjawaban Anda dan pembantu Anda tersebut?” tegasnya.

Lebih lanjut, ia menantang Prabowo untuk mengevaluasi ulang kebijakan yang diterapkan oleh Bahlil, terutama yang berkaitan dengan distribusi gas elpiji bersubsidi.

“Setelah kebijakan dia mengakibatkan hilangnya nyawa rakyat Anda, apalagi dia seorang nenek yang seharusnya Anda lindungi?” ujarnya.

Menurutnya, masyarakat menunggu respons tegas dari Presiden mengenai kebijakan yang telah menimbulkan korban jiwa.

“Tolong jawab ini, Pak Presiden. Kami menunggu sikap Anda,” tutup Stefan.

Peristiwa tragis ini turut menarik perhatian pakar hukum tata negara, Zainal Arifin Mochtar.

Ia menekankan bahwa ada berbagai faktor yang bisa menjadi penyebab kematian lansia tersebut, tetapi tetap menjadi pengingat penting bagi pemerintah.

“Saya tak punya kemampuan untuk melacak detail benarkah ini dan kenapa terjadi,” ujarnya melalui akun Instagram pribadinya @zainalarifinmochtar pada Selasa (4/2/2025).

Zainal juga mengajak masyarakat untuk merenungkan situasi sosial yang memungkinkan kejadian ini terjadi.

“Tentu saja bisa banyak penyebab utama di balik kematian beliau,” katanya.

Ia menambahkan bahwa alasan yang dikemukakan mungkin beragam, tetapi tidak bisa mengesampingkan adanya keterkaitan dengan kebijakan pemerintah.

“Seribu satu alasan bisa dicari. Satu hal jelas, kecil atau besar bisa jadi ada relasinya,” lanjutnya.

Tak hanya itu, Zainal turut mengkritik kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, khususnya Kementerian ESDM, karena dinilai menyulitkan rakyat.

“Tapi mohon coba renungkan sedikit, inikah yang kita maui dari sebuah negara yang dijalankan oleh pemerintah dan keseluruhan aparatnya?” pungkasnya.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 44 = 48
Powered by MathCaptcha