KAMAKAMU – Menjaga kualitas produk dalam bisnis kuliner merupakan tantangan besar, terutama ketika bisnis mulai berkembang dan memiliki banyak cabang.
Konsistensi dalam kualitas menjadi faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.
Kualitas produk yang baik akan meningkatkan loyalitas pelanggan melalui repeat order dan rekomendasi.
15 Manfaat Digitalisasi Menu dalam Bisnis Kuliner
Berikut adalah 12 cara yang bisa diterapkan untuk menjaga kualitas produk dalam bisnis kuliner sebagaimana dilansir dari YouTube Foodizz Channel.
1. Penyederhanaan Proses
Semakin panjang proses produksi, semakin besar kemungkinan terjadi kesalahan. Penyederhanaan proses dapat dilakukan dengan menerapkan sistem seperti single packaging, ready to cook, atau ready to heat.
Contohnya, roti di Starbucks yang hanya perlu dipanaskan sebelum disajikan, atau bumbu dasar yang telah disiapkan sebelumnya agar tidak perlu diracik mendadak di lokasi.
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan SOC
SOP dan SOC (Fashion Observation Checklist) harus dibuat secara detail dalam bentuk tertulis dan video.
Dengan adanya SOP dan SOC yang jelas, pelatihan karyawan di berbagai cabang dapat lebih standar dan tidak bergantung pada instruksi lisan.
3. Training Rutin dan Learning Management System (LMS)
Pelatihan karyawan harus dilakukan secara berkala untuk menjaga standar kualitas.
LMS bisa digunakan untuk efisiensi biaya dan standarisasi SOP serta SOC. Video pelatihan yang diunggah ke LMS memungkinkan pelatihan dilakukan tanpa harus bergantung pada instruktur setiap saat.
4. Audit dan Mystery Shopper
Audit secara berkala diperlukan untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga, baik saat diproses maupun ketika disajikan.
Mystery shopper juga bisa diterapkan dengan cara memesan beberapa menu di outlet atau melalui layanan pesan antar, tanpa diketahui oleh staf bahwa mereka sedang dinilai.
5. Survei Konsumen Secara Rutin
Pendapat pelanggan sangat penting dalam evaluasi kualitas produk. Survei bisa dilakukan dengan bertanya langsung kepada pelanggan, terutama mereka yang sering berkunjung.
Kritik dan saran harus diterima dengan baik agar dapat dilakukan perbaikan segera.
6. Pantau Situs Review dan Media Sosial
Review pelanggan di berbagai platform seperti Google Review, GoFood, Instagram, TikTok, dan WhatsApp Business harus dipantau secara rutin.
Jika ada keluhan atau saran terkait kualitas produk, segera tindak lanjuti dan informasikan hasil perbaikannya kepada pelanggan.
7. Kontrol Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Baku
Kualitas produk sangat bergantung pada bahan baku. Standarisasi penerimaan dan penyimpanan bahan baku harus diterapkan dengan SOP yang ketat.
Misalnya, bahan segar harus dibungkus dengan plastik wrap dan disimpan pada suhu tertentu untuk menjaga kualitasnya.
8. Standar Kualitas Bahan Baku dan Vendor
Pemilihan bahan baku harus sesuai dengan target pasar. Vendor yang dipilih juga harus mampu memenuhi standar yang ditetapkan.
Lebih baik memiliki beberapa vendor untuk bahan baku utama agar bisnis tetap berjalan meskipun salah satu vendor mengalami kendala pasokan.
9. Standarisasi Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan yang digunakan dalam produksi harus distandarisasi agar kualitas produk tetap konsisten.
Misalnya, untuk menghasilkan nasi goreng dengan aroma khas, dibutuhkan kompor wok dengan api besar. Peralatan seperti sendok takar juga wajib digunakan agar takaran bumbu tetap akurat.
10. Aturan dan Budaya di Outlet
Budaya kerja yang baik akan membantu menjaga kualitas produk. Misalnya, budaya kebersihan dan kejujuran dalam bekerja akan memastikan bahwa bahan baku tidak dikurangi dan produk disajikan dengan kualitas terbaik. Kebersihan harus dianggap sebagai bagian dari SOP yang tidak bisa diabaikan.
11. Reward dan Punishment
Sistem penghargaan dan sanksi dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam menjaga kualitas produk. Apresiasi diberikan jika kualitas produk tetap terjaga, sementara evaluasi dilakukan jika ada keluhan dari pelanggan.
12. Struktur Organisasi di Outlet
Struktur organisasi yang jelas akan membantu dalam pengelolaan bisnis kuliner. Misalnya, memiliki kepala dapur untuk mengawasi produksi dan outlet manager untuk memastikan operasional berjalan lancar. Dengan struktur yang baik, setiap tugas dan tanggung jawab menjadi lebih terarah.
Dengan menerapkan 12 cara ini, bisnis kuliner dapat berkembang lebih profesional dan tetap menjaga kualitas produk. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para pelaku usaha kuliner dalam mempertahankan kepuasan pelanggan dan membangun bisnis yang berkelanjutan.*