KAMAKAMU – Howard Schultz, tokoh di balik kesuksesan Starbucks, pernah menjalani kehidupan yang penuh tantangan sebelum mencapai puncak kejayaannya. Lahir di New York pada 19 Juli 1953, Howard tumbuh dalam keluarga yang kurang mampu. Saat masih kecil, ia harus menghadapi kenyataan pahit ketika sang ayah mengalami kecelakaan yang membuatnya membutuhkan perawatan intensif.
Pada usia tujuh tahun, Howard mulai membantu keluarga dengan berbagai cara. Saat beranjak remaja, ia mengambil pekerjaan sebagai loper koran dan penjaga toko demi meringankan beban keluarganya. Meski hidup dalam keterbatasan, tekadnya untuk mengejar pendidikan tetap kuat. Howard berhasil melanjutkan sekolah hingga tingkat perguruan tinggi.
Tips Jual Beli Motor Bekas untuk Penghasilan Tambahan di Awal Tahun 2025
Mendapatkan Beasiswa untuk Pendidikan Tinggi
Berkat kecakapannya di bidang olahraga, Howard memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Northern Michigan University. Di kampus tersebut, ia menyelesaikan studi hingga meraih gelar sarjana komunikasi pada tahun 1975. Setelah lulus, Howard memulai kariernya sebagai manajer penjualan di perusahaan teknologi Xerox.
Tak lama setelah itu, ia bergabung dengan perusahaan asal Swedia, Hamamplast, yang memproduksi peralatan rumah tangga. Dalam peran ini, Howard mulai terlibat dengan penjualan mesin kopi, yang menjadi titik awal ketertarikannya pada industri kopi.
Pertemuan dengan Starbucks
Melalui pekerjaannya, Howard berkenalan dengan Starbucks, sebuah kedai kopi kecil yang didirikan oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bowker. Terkesan oleh perkembangan perusahaan tersebut, Howard menghubungi manajemen Starbucks untuk melamar pekerjaan. Ia akhirnya diterima sebagai bagian dari tim pemasaran.
Setahun kemudian, Howard dikirim ke Italia untuk mempelajari lebih dalam tentang budaya dan proses pembuatan kopi. Dalam perjalanannya ke Italia, ia menemukan bagaimana kedai kopi di sana mampu menciptakan pengalaman yang membuat pelanggan betah berlama-lama menikmati secangkir kopi. Pengalaman ini memicu ide besar dalam benaknya.
Mengubah Konsep Starbucks
Howard melihat peluang untuk mengubah konsep bisnis Starbucks. Menurutnya, kedai kopi tidak hanya sebatas tempat untuk membeli minuman, tetapi juga harus menjadi ruang nyaman yang mengundang pelanggan untuk bersantai. Namun, ketika gagasannya disampaikan kepada pimpinan Starbucks, ide tersebut justru ditolak.
Kecewa dengan penolakan itu, Howard memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan mendirikan kedai kopi sendiri. Dengan modal sebesar USD 1,7 juta, ia mendirikan Il Giornale, sebuah kedai kopi dengan konsep ala Italia. Meski mengalami banyak penolakan dari calon investor, Howard akhirnya berhasil mendapatkan dukungan dan membawa Il Giornale meraih kesuksesan.
Mengakuisisi Starbucks
Pada tahun 1992, Howard mencetak sejarah dengan membeli seluruh saham Starbucks dan menjadi pemimpin perusahaan tersebut. Di bawah kepemimpinannya, Starbucks berkembang pesat. Pada tahun yang sama, Starbucks melantai di bursa saham dan berhasil membuka 165 gerai di seluruh Amerika Serikat.
Ekspansi Global dan Komitmen pada Karyawan
Kesuksesan Howard dalam mengelola Starbucks menarik perhatian dunia. Pada tahun 2000, Starbucks telah menjadi perusahaan global dengan lebih dari 3.500 gerai di berbagai negara. Meski fokus pada ekspansi bisnis, Howard juga dikenal sebagai pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan karyawannya. Starbucks dikenal sebagai perusahaan yang memberikan tunjangan kesehatan yang signifikan bagi para pegawainya.
Saat ini, meski tidak lagi menjabat sebagai CEO, Howard tetap menjadi sosok penting di balik Starbucks. Perjalanan hidupnya dari penjual koran hingga menjadi pemilik salah satu merek kopi terbesar di dunia merupakan inspirasi bagi banyak orang.*