KAMAKAMU – Pertemuan antara mantan Presiden Joko Widodo dan Presiden Prabowo Subianto di Kartanegara, Jakarta Selatan, menjadi sorotan. Mardani Ali Sera, salah satu elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS), memberikan tanggapan atas pertemuan ini. Menurutnya, pertemuan tersebut memunculkan berbagai interpretasi di masyarakat.
“Satu foto lebih dari seribu kata,” tulis Mardani di aplikasi X @MardaniAliSera pada 7 Desember 2024.
Berbagai spekulasi bermunculan setelah pertemuan tersebut, apalagi setelah PDIP mengambil keputusan memecat Jokowi dari partainya. Mardani menyoroti bagaimana hal ini dipersepsikan oleh publik.
Cara Mengubah Fokus agar Terbebas dari Jeratan Utang
“Beberapa pihak menilai bahwa ini menunjukkan eksistensi, bahwa setelah dipecat pun, Jokowi tetap eksis,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan pandangan lain, yaitu kemungkinan Jokowi tengah mencari tempat baru untuk melanjutkan kiprahnya setelah masa jabatannya berakhir.
“Ada yang menilai Pak Jokowi sedang cari tempat berlabuh baru. Ada juga yang menganggap positif jika para mantan Presiden tetap menjaga komunikasi dengan Presiden yang sedang menjabat,” ungkapnya.
Mardani turut mengingatkan usulan Prabowo sebelumnya mengenai pembentukan Presidential Club, forum bagi para mantan Presiden agar tetap berkontribusi memberi masukan kepada pemerintahan.
Pertemuan ini juga diabadikan oleh Jokowi dalam unggahan Instagram-nya. Dalam keterangannya, Jokowi menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prabowo atas jamuan makan malam itu.
“Terima kasih atas santap tadi malamnya, Bapak Presiden @prabowo. Berkunjung ke kediaman Bapak Prabowo di Kertanegara sambil berbincang dan menyantap makan malam. Semoga Bapak sukses dan sehat selalu,” tulis Jokowi.
Momen tersebut juga disebut sebagai kunjungan balasan setelah Prabowo sebelumnya mengunjungi rumah Jokowi di Solo.
Di luar perdebatan politik, Mardani menyelipkan komentar ringan. Ia memuji gaya batik yang dikenakan Jokowi saat pertemuan itu.
“Kalau saya, batik Pak Jokowi keren warnanya,” tutupnya.
Pertemuan ini tidak hanya menunjukkan hubungan yang tetap terjalin antara kedua tokoh tersebut, tetapi juga membuka ruang diskusi tentang peran dan dinamika para pemimpin setelah masa jabatan mereka berakhir.*
