KAMAKAMU – Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam menilai kekalahan PDIP dalam Pilkada Jawa Tengah 2024 tak lepas dari pengaruh besar dua tokoh nasional, Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Dukungan mereka terhadap pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin dinilai menjadi faktor krusial.
Menurut Umam, pasangan Luthfi-Taj Yasin didukung oleh koalisi besar partai-partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, yang berhasil memaksimalkan dominasi politiknya.
Raih 76 Persen Suara, Pasangan Andi Fatmawati Unggul di Pilkada Sulawesi Selatan
“Besarnya dominasi mesin politik koalisi pengusung Luthfi-Taj Yasin sebesar kurang lebih 75 persen, yang didukung oleh political endorsement Jokowi dan Prabowo. Dukungan itu memberikan pesan politik kuat bagi simpul-simpul kekuatan politik, termasuk para donor logistik untuk all out memenangkan Luthfi-Taj Yasin,” jelas Umam, Direktur Eksekutif IndoStrategic, di Jakarta, Kamis 28 November 2024.
Hasil hitung cepat dari berbagai lembaga survei pun memperkuat pengamatan ini. Data sementara menunjukkan keunggulan signifikan pasangan Luthfi-Taj Yasin.
Charta Politika mencatat pasangan ini memperoleh 58,44 persen suara, sementara Andika Perkasa-Hendrar Prihadi hanya mendapatkan 41,56 persen.
Angka serupa muncul dari survei Indikator dan SMRC, yang menempatkan Luthfi-Taj Yasin unggul dengan perolehan suara di atas 58 persen.
Selain dukungan politik strategis, karakteristik pemilih di Jawa Tengah menjadi alasan lain di balik kekalahan PDIP.
Wilayah ini dikenal sebagai basis pemilih kelompok santri, terutama di kawasan pantai utara (pantura) Jawa, yang memberi dukungan besar pada pasangan Luthfi-Taj Yasin.
“Karakter pemilih Jawa Tengah, yang mana wilayah pantura didominasi oleh masyarakat santri, lebih mendukung representasi kandidat nasionalis-santri yang tercermin di Luthfi-Yasin. Jaringan Nahdlatul Ulama sangat all out mendukung pasangan ini,” terang Umam.
Sebaliknya, pasangan yang diusung PDIP, Andika-Hendrar, sepenuhnya mewakili kelompok nasionalis.
Hal ini membuat pasangan tersebut kurang mampu menarik simpati segmen pemilih santri, yang memiliki pengaruh besar di Jawa Tengah.
Selain faktor pemilih, kelemahan strategi sosialisasi PDIP menjadi tantangan yang tak terelakkan.
Menurut Umam, waktu yang sempit untuk menjangkau segmen pemilih santri menjadi salah satu kendala utama bagi pasangan Andika-Hendrar.
“Kekuatan KIM yang di-back up oleh Jokowi bisa memanfaatkan situasi rapuhnya barisan kekuatan PDIP di Jawa Tengah, ditambah lagi constraint utama yang dihadapi calon PDIP pada Pilkada Jawa Tengah ini adalah faktor sangat terbatasnya waktu sosialisasi, termasuk untuk melakukan penetrasi ke segmen santri di Jawa Tengah,” jelasnya.
Kekalahan ini menjadi pelajaran penting bagi PDIP dalam mempertahankan dominasinya di wilayah yang selama ini dikenal sebagai “kandang banteng.”
Pendekatan lebih strategis dan upaya menjangkau basis pemilih yang beragam akan menjadi kunci di masa mendatang.*