KAMAKAMU – Pernahkah kamu merasa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk terus menggulir layar ponsel, tanpa tujuan yang jelas?
Jika iya, maka kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah doom scrolling.
Kebiasaan ini, yakni terus-menerus mengonsumsi konten negatif atau tidak bermakna di media sosial, ternyata memiliki dampak yang jauh lebih berbahaya daripada sekadar bermain game atau menonton Netflix.
Kerja Keras vs Kerja Cerdas, Ini yang Harus Kamu Lakukan!
Dilansir dari YouTube Pria Seratus Persen Doom Scrolling telah menjadi masalah serius di era digital. Selain membuang waktu, kebiasaan ini juga dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi.
Lantas, mengapa doom scrolling begitu adiktif dan berbahaya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Mengapa Doom Scrolling Begitu Menarik?
Algoritma media sosial dirancang untuk terus menyajikan konten yang menarik perhatian pengguna.
Ketika kamu menyukai atau menonton suatu video, algoritma akan mempelajari preferensimu dan menyajikan konten serupa yang semakin memancing rasa ingin tahu.
Hal ini menciptakan lingkaran setan yang sulit dihentikan.
Dopamin, hormon yang terkait dengan rasa senang dan penghargaan, juga berperan penting dalam membuat dhoom scrolling begitu adiktif.
Setiap kali kamu menemukan konten yang menarik, otak melepaskan dopamin yang membuat kamu merasa senang dan ingin terus mengulanginya.
1. Gangguan Kesehatan Mental yang Lebih Spesifik
Peningkatan Kortisol
Doom Scrolling dapat memicu peningkatan hormon stres, kortisol, yang dalam jangka panjang dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko berbagai penyakit.
FOMO (Fear of Missing Out)
Terus-menerus terpapar kehidupan orang lain di media sosial dapat memicu perasaan iri dan tidak puas dengan hidup sendiri, yang pada gilirannya dapat memicu kecemasan dan depresi.
Isolasi Sosial
Meskipun terhubung dengan banyak orang di dunia maya, doom scrolling justru dapat membuat seseorang merasa lebih terisolasi dan kesepian.
2. Dampak pada Produktivitas dan Kualitas Hidup
Penurunan Kualitas Tidur
Selain gangguan produksi melatonin, cahaya biru dari layar ponsel juga dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh, membuat sulit untuk tidur nyenyak dan bangun dengan segar.
Penurunan Kinerja Kognitif
Terlalu banyak informasi yang masuk melalui doom scrolling dapat overload otak, sehingga sulit untuk berpikir jernih dan membuat keputusan.
Menurunnya Empati
Paparan terus-menerus terhadap berita negatif dapat membuat seseorang menjadi lebih sinis dan kurang empati terhadap penderitaan orang lain.
3. Dampak pada Kesehatan Fisik
Masalah Kesehatan Fisik
Stres yang berkepanjangan akibat doom scrolling dapat memicu berbagai masalah kesehatan fisik, seperti sakit kepala, nyeri otot, dan masalah pencernaan.
Postur Tubuh Buruk
Kebiasaan membungkuk saat menatap layar ponsel dalam waktu lama dapat menyebabkan nyeri punggung dan leher.
Cara Mengatasi Doom Scrolling yang Lebih Efektif
Strategi Jangka Pendek
Mode Pesawat
Aktifkan mode pesawat pada ponsel saat ingin fokus pada tugas tertentu atau saat tidur.
Hapus Aplikasi
Hapus aplikasi media sosial yang paling sering kamu gunakan atau nonaktifkan notifikasi.
Buat Batasan Waktu
Gunakan fitur bawaan pada ponsel atau aplikasi pihak ketiga untuk membatasi waktu penggunaan media sosial.
Strategi Jangka Panjang
Mindfulness dan Meditasi
Latihan mindfulness dan meditasi dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan mengurangi stres.
Kembangkan Hobi Baru
Carilah hobi baru yang dapat mengalihkan perhatian dari media sosial, seperti berkebun, melukis, atau belajar bahasa baru.
Bergabung dengan Komunitas
Bergabung dengan komunitas atau kelompok yang memiliki minat yang sama dapat memberikan dukungan sosial dan mengurangi perasaan kesepian.
Terapi
Jika masalah doom scrolling sudah sangat mengganggu, terapi dapat menjadi solusi yang efektif.
Doom Scrolling adalah kebiasaan yang berbahaya dan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan produktivitas.
Dengan memahami penyebab dan dampaknya, kamu dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.
Ingatlah bahwa kamu memiliki kendali atas waktu dan perhatianmu. Jangan biarkan algoritma media sosial mengendalikan hidupmu.*