KAMAKAMU – Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, mengungkapkan pandangan Jusuf Kalla (JK) yang menyoroti kemerosotan moral dan etika dalam kepemimpinan Indonesia saat ini.
Komentar ini menyoroti perubahan signifikan dalam kualitas kepemimpinan nasional, yang dinilai jauh berbeda dibandingkan masa lalu.
Said Didu mengutip pandangan kritis JK melalui unggahannya di X, yang menyatakan perbedaan mencolok dalam karakteristik pemimpin Indonesia masa kini.
Bernyali Besar, Gibran Datang ke HUT TNI Disamping Prabowo
Menurutnya, perubahan ini sangat terlihat dalam bagaimana pemimpin-pemimpin terdahulu memprioritaskan ilmu pengetahuan, moral, dan etika.
“Dari pemimpin yang menjadikan ilmu pengetahuan, moral, dan etika sebagai penuntun menjadi bangsa yang dipimpin oleh orang-orang yang mengabaikan ilmu pengetahuan dan membuang etika dan moral ke tong sampah,” tulis Said Didu, mengutip JK dikutip dari keterangannya @msaid_didu.
JK juga menggambarkan pergeseran dari masa ketika pemimpin menjadikan ilmu, etika, dan moral sebagai pedoman, menjadi masa sekarang yang dinilai sangat berbeda.
“Seperti pemimpin yang memiliki ilmu, etika dan moral menjadi dipimpin orang yg ijazahnya tdk jelas dan tiap hari berbohong,” dalam pandangannya.
Lebih lanjut, JK menyoroti adanya perbedaan besar dalam kualifikasi pemimpin dari masa ke masa.
Dalam pernyataannya, ia mengingatkan bahwa Indonesia pernah memiliki wakil presiden yang memiliki integritas serta kapasitas, seperti Bung Hatta.
“Dari Wapres sekualitas Bung Hatta dll menjadi cawapres sekualitas FUFUFAFA,” ungkapnya.
Namun, situasi saat ini, menurut JK, menunjukkan perbedaan besar dalam kualifikasi calon wakil presiden.
Ia menyindir bahwa posisi penting seperti cawapres justru diisi oleh figur yang dinilainya tidak setara, yang disebutnya secara sarkastik sebagai “FUFUFAFA.”
Selain itu, Said Didu juga menyinggung tentang penegakan hukum, yang seharusnya menjadi salah satu landasan utama dalam kepemimpinan yang baik.
Menurutnya, kondisi saat ini jauh dari harapan, di mana pemimpin malah mendorong masyarakat untuk mengabaikan hukum.
Said Didu mengutip contoh yang terjadi pada Bahlil Lahadalia sebagai kasus yang mencerminkan situasi ini.
“Dari pemimpin yang menegakkan hukum menjadi pemimpin yang mengarahkan masyarakat untuk melanggar hukum (Bahlil dll),” jelasnya, mengutip pernyataan JK.*