Kegelisahan Presiden Jokowi di Penghujung Masa Jabatan

  • Bagikan
Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo

KAMAKAMU – Ray Rangkuti, seorang pengamat politik, menyoroti suasana yang semakin memanas menjelang akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo.

Menurutnya, situasi ini tergolong unik dalam sejarah politik Indonesia, karena jarang sekali terlihat seorang presiden yang begitu khawatir menjelang purna tugas.

Rangkuti menyebutkan bahwa kondisi yang dihadapi Presiden Jokowi menjelang berakhirnya masa pemerintahannya terlihat berbeda dari transisi kepemimpinan sebelumnya.

Rahasia Membangun Personal Branding di 2024

Banyak masalah yang terus bermunculan, dan semuanya tampak bertumpuk, menciptakan kesan kekacauan di penghujung masa jabatannya.

Rangkuti mengamati manuver yang dilakukan oleh Jokowi dalam menghadapi berbagai masalah yang ada saat ini. Menurutnya, langkah-langkah Jokowi terlihat tidak lagi berorientasi pada tujuan besar kebangsaan, melainkan lebih sekadar mencoba menutup masalah satu per satu. Namun, setiap kali satu masalah diselesaikan, masalah lain muncul menggantikannya.

“Manuver-manuver yang dilakukan Jokowi tampaknya tidak lagi dalam kerangka kebangsaan yang besar, melainkan lebih kepada upaya menutup satu lubang, tetapi kemudian muncul lubang lain yang harus ditangani. Ini seolah menjadi siklus yang tidak pernah berhenti,” kata Rangkuti saat diwawancarai di YouTube ILC, Sabtu 12 Oktober 2024.

Fenomena yang tak kalah menarik, menurut Rangkuti, adalah adanya tuntutan dari berbagai pihak agar Jokowi diadili sebelum masa jabatannya resmi berakhir. Hal ini dianggap sebagai tanda bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi telah menurun secara drastis.

Penurunan kepercayaan publik ini dianggap sebagai peringatan besar bagi pemerintahan Jokowi, mengingat sebelumnya dukungan terhadapnya masih relatif kuat.

Rangkuti juga menyoroti fakta bahwa Presiden Jokowi, selama masa jabatannya, telah meminta maaf kepada masyarakat sebanyak delapan kali. Namun, permintaan maaf itu tidak membawa dampak positif yang diharapkan dalam meredam kritik ataupun ketidakpuasan publik.

“Kenapa permintaan maaf itu tidak mendapatkan respons positif? Karena masyarakat menilai permintaan maaf tersebut lebih sebagai basa-basi politik tanpa tindakan konkret yang diharapkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada,” jelasnya.

Secara keseluruhan, kegelisahan yang diperlihatkan Jokowi pada akhir masa jabatannya, menurut Rangkuti, mencerminkan tekanan luar biasa yang dihadapinya, baik dari internal maupun eksternal pemerintahan. Transisi kali ini diprediksi akan menjadi momen yang penuh tantangan, yang mungkin belum pernah dihadapi oleh presiden-presiden sebelumnya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 − 21 =
Powered by MathCaptcha