KAMAKAMU – Memahami Biaya dalam Bisnis Kuliner Setiap bisnis kuliner pasti menghadapi tantangan dalam mengelola biaya operasional.
Dalam dunia bisnis, biaya dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
Biaya tetap mencakup pengeluaran yang tidak berubah meskipun ada peningkatan atau penurunan produksi, seperti sewa tempat, biaya penyusutan alat produksi, serta gaji karyawan tetap.
6 Alasan Investor Berinvestasi dalam Sebuah Bisnis
Sementara itu, biaya variabel berubah seiring dengan jumlah produksi dan penjualan, seperti bahan baku dan biaya operasional lainnya.
Agar bisnis lebih efisien, berikut sembilan cara yang bisa diterapkan untuk mengelola biaya dengan lebih baik.
1. Optimalkan Penggunaan Aset Produksi
Dilansir dari YouTube Foodizz Channel memanfaatkan aset yang sudah ada secara optimal menjadi langkah awal dalam menghemat biaya.
Sebelum membeli alat baru, pastikan kapasitas alat yang dimiliki sudah dimanfaatkan sepenuhnya.
Misalnya, jika memiliki mesin kopi atau kompor, pertimbangkan efisiensi penggunaannya sebelum menambah peralatan baru.
Dengan demikian, biaya depresiasi peralatan dapat ditekan.
2. Tingkatkan Kuantitas Produksi
Meningkatkan volume produksi atau penjualan dapat membantu menurunkan proporsi biaya tetap per unit produk.
Semakin tinggi volume penjualan, semakin kecil beban biaya tetap pada setiap produk yang terjual.
Strategi pemasaran dan pengembangan bisnis yang tepat diperlukan agar produksi meningkat tanpa membebani keuangan usaha.
3. Gunakan Peralatan Sejenis
Menggunakan alat produksi dengan merek yang sama bisa mengurangi biaya pemeliharaan dan pembelian suku cadang.
Selain itu, membeli alat dalam jumlah besar dari satu vendor juga berpotensi mendapatkan harga yang lebih kompetitif.
Dengan begitu, biaya perawatan dan pembelian alat dapat lebih terkontrol.
4. Manfaatkan Outsourcing Secara Strategis
Memilih untuk memproduksi sendiri atau menggunakan jasa pihak ketiga harus disesuaikan dengan kompetensi bisnis.
Misalnya, jika bisnis kuliner berfokus pada ayam crispy tetapi tidak memiliki keahlian dalam membuat tepung dan bumbu, maka lebih efisien untuk membeli dari supplier terpercaya daripada memproduksi sendiri.
5. Evaluasi Biaya Pengadaan Alat Produksi
Saat membeli peralatan produksi, harga murah belum tentu lebih hemat dalam jangka panjang.
Pilih alat yang berkualitas baik meskipun harganya lebih tinggi, karena daya tahannya yang lebih lama akan mengurangi biaya perawatan dan penggantian suku cadang secara berulang.
6. Gunakan Tenaga Kerja Temporer Saat Dibutuhkan
Pada periode tertentu, seperti saat liburan panjang atau hari raya, bisnis kuliner sering mengalami lonjakan permintaan.
Menggunakan tenaga kerja paruh waktu atau temporer dapat menjadi solusi untuk menyesuaikan kebutuhan tanpa harus menambah beban biaya gaji karyawan tetap.
7. Standarisasi Bahan Baku dan Kemasan
Menggunakan bahan baku dan kemasan seragam untuk berbagai menu bisa menghemat biaya pembelian dan penyimpanan.
Misalnya, jika menjual nasi dan mi, gunakan kemasan yang bisa digunakan untuk kedua produk tersebut agar tidak perlu menyediakan berbagai jenis kemasan yang berbeda.
8. Sederhanakan Proses Produksi
Mengurangi langkah produksi tanpa mengorbankan kualitas dapat menekan biaya operasional.
Misalnya, jika kemasan produk sudah cukup aman dalam satu lapisan, tidak perlu menambahkan pembungkus tambahan yang hanya akan meningkatkan biaya tanpa manfaat yang signifikan.
9. Pastikan Produksi Efisien dan Akurat
Kesalahan dalam proses produksi dapat mengakibatkan pemborosan bahan baku dan tenaga kerja.
Oleh karena itu, setiap tahap produksi harus dikontrol agar produk yang dihasilkan tetap berkualitas tinggi dan meminimalisir potensi kerugian akibat kesalahan produksi.
Kesimpulan
Mengelola biaya dalam bisnis kuliner adalah langkah krusial untuk memastikan keberlanjutan usaha. Dengan menerapkan strategi efisiensi biaya tetap dan variabel, bisnis dapat berkembang lebih sehat dan kompetitif. Setiap keputusan penghematan harus disesuaikan dengan kondisi usaha agar tetap memberikan nilai optimal bagi bisnis kuliner.*