KAMAKAMU – Menjalankan bisnis kuliner tidak hanya mengandalkan insting atau asumsi semata.
Keputusan yang didasarkan pada asumsi tanpa validasi data dapat berisiko tinggi dan menyebabkan kegagalan bisnis.
Oleh karena itu, riset konsumen menjadi langkah penting untuk memahami preferensi pasar dan memastikan produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Berikut enam cara efektif melakukan riset konsumen dalam bisnis kuliner sebagaimana dilansir dari YouTube Foodizz Channel.
1. Produk Sampling
Salah satu metode riset yang paling umum adalah melakukan produk sampling.
Strategi Marketing Low Budget dengan High Impact untuk Bisnis Kuliner
Dengan mengumpulkan sekitar 30-50 konsumen untuk mencoba varian produk baru dan mengisi form review sederhana, pelaku bisnis dapat memperoleh masukan yang berharga.
Pertanyaan yang diajukan dapat berupa “Apakah produk ini enak?”, “Apakah Anda tertarik membelinya?”, serta “Apakah ada saran perbaikan?” Jika bisnis beroperasi secara delivery, maka evaluasi juga harus dilakukan dalam kondisi produk yang sesuai dengan layanan pengiriman.
2. Blind Test
Metode blind test dilakukan dengan membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing tanpa memberikan informasi merek kepada konsumen.
Produk disajikan dalam bentuk dan kemasan serupa, hanya dibedakan dengan kode tertentu.
Konsumen kemudian diminta memberikan penilaian berdasarkan rasa dan kualitas tanpa mengetahui merek yang mereka coba.
Hasil blind test dapat memberikan gambaran objektif mengenai keunggulan atau kelemahan produk dibandingkan kompetitor.
3. Review dari Influencer
Menggandeng influencer untuk memberikan ulasan juga bisa menjadi strategi riset yang bermanfaat.
Influencer yang sering mencoba berbagai jenis makanan memiliki wawasan luas mengenai tren kuliner dan preferensi pasar.
Meskipun demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan konsumen umum, sehingga metode ini sebaiknya dikombinasikan dengan riset lainnya.
4. Focus Group Discussion (FGD)
Melakukan diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan 6-8 orang konsumen dapat memberikan insight lebih mendalam.
Dalam sesi FGD, konsumen mencicipi produk dan memberikan pendapat mengenai rasa, tampilan, harga, serta aspek lainnya.
Dengan dipandu seorang moderator, diskusi ini membantu mengungkap alasan di balik preferensi konsumen dan memberikan saran yang lebih spesifik.
5. Review dari Pelanggan Loyal
Konsumen setia yang telah berulang kali membeli produk bisa menjadi sumber riset yang sangat berharga.
Mereka dapat diminta untuk mencoba varian baru dan memberikan ulasan mengenai pengalaman mereka. Selain mendapatkan feedback, metode ini juga memperkuat hubungan antara brand dan pelanggan.
6. Analisis Data Penjualan dan Ulasan Online
Meluncurkan produk langsung ke pasar tanpa riset mendalam memang berisiko, tetapi jika dilakukan dengan strategi yang tepat, bisa menjadi cara efektif untuk mengumpulkan data.
Pemilik bisnis dapat menganalisis ulasan, jumlah bintang, serta tren pembelian selama 1-2 bulan setelah produk diperkenalkan.
Jika respons pasar positif, produk dapat dipertahankan dan dikembangkan lebih lanjut.
Sebaliknya, jika hasilnya kurang memuaskan, perbaikan perlu segera dilakukan agar bisnis tidak mengalami kerugian besar.
Riset konsumen tidak perlu rumit atau sulit dilakukan. Dengan memanfaatkan metode yang sesuai, keputusan bisnis dapat lebih akurat dan minim risiko. Setiap inovasi produk harus berdasarkan data, bukan hanya asumsi pribadi. Dengan begitu, peluang sukses bisnis kuliner akan semakin besar, serta kepuasan pelanggan dapat terjaga secara optimal.*