KAMAKAMU – Memahami sistem penggajian yang tepat merupakan pondasi penting bagi keberlangsungan dan perkembangan bisnis barbershop.
Sebagai pemilik, kamu perlu mempertimbangkan berbagai opsi untuk memastikan karyawan merasa termotivasi dan bisnis tetap sehat secara finansial.
Artikel ini akan mengulas secara detail beberapa model penggajian yang umum diterapkan di industri barbershop.
5 Tempat Bersejarah di Dekat Masjidil Haram Mekah
Dalam menjalankan bisnis barbershop, salah satu aspek krusial yang perlu kamu perhatikan adalah sistem penggajian karyawan.
Ada beberapa model penggajian yang lazim diterapkan oleh para pemilik barbershop.
Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan pemilihan sistem yang tepat akan sangat bergantung pada kondisi bisnis serta preferensi kamu sebagai pemilik. Mari kita telaah satu per satu.
1. Sistem Gaji Pokok
Dilansir dari YouTube Pademmui Barberschool model penggajian pertama adalah sistem gaji pokok murni.
Dalam sistem ini, karyawan menerima sejumlah gaji tetap setiap bulannya, terlepas dari seberapa ramai atau sepi kondisi barbershop.
Misalnya, seorang karyawan digaji Rp1.500.000 per bulan. Keuntungan utama dari sistem ini adalah memberikan kepastian pendapatan bagi karyawan.
Namun, di sisi lain, pemilik bisnis harus tetap mengeluarkan gaji pokok meskipun pendapatan barbershop sedang menurun.
2. Sistem Bagi Hasil Murni
Selanjutnya, terdapat sistem penggajian yang sepenuhnya mengandalkan bagi hasil.
Dalam model ini, pendapatan karyawan sangat bergantung pada jumlah pelanggan yang mereka layani.
Pembagian hasil biasanya bervariasi, misalnya 70% untuk pemilik dan 30% untuk hairstylist, atau bahkan 50:50.
Kelebihan sistem ini adalah dapat memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat karena pendapatan mereka berbanding lurus dengan kinerja.
Akan tetapi, penghasilan karyawan bisa sangat fluktuatif, terutama saat barbershop sedang sepi.
3. Sistem Bagi Hasil dengan Gaji Proteksi
Sebagai alternatif, ada pula sistem bagi hasil yang dilengkapi dengan gaji proteksi. Dalam model ini, karyawan tetap mendapatkan jaminan pendapatan minimal setiap bulannya.
Contohnya, seorang hairstylist memiliki gaji proteksi sebesar Rp1.500.000.
Jika hasil baginya dalam sebulan hanya mencapai Rp800.000, maka pemilik bisnis akan menutupi kekurangan sebesar Rp700.000.
Namun, jika hasil bagi karyawan melebihi gaji proteksi (misalnya Rp2.500.000), maka karyawan akan menerima penuh hasil baginya tersebut.
Sistem ini memberikan rasa aman bagi karyawan sekaligus tetap mendorong mereka untuk meningkatkan kinerja.
4. Sistem Gaji Pokok Plus Bagi Hasil
Model penggajian berikutnya adalah kombinasi antara gaji pokok dan bagi hasil.
Dalam sistem ini, karyawan menerima sejumlah gaji pokok yang relatif kecil, misalnya Rp500.000 per bulan, ditambah dengan persentase tertentu dari setiap layanan yang mereka berikan.
Dengan demikian, karyawan memiliki pendapatan dasar yang stabil sekaligus berkesempatan untuk mendapatkan penghasilan lebih besar jika berhasil melayani banyak pelanggan.
5. Tunjangan Tambahan
Selain sistem gaji utama di atas, perlu kamu pertimbangkan juga pemberian tunjangan tambahan seperti uang makan atau uang transportasi.
Kebijakan terkait tunjangan ini sangat bergantung pada keputusan pemilik barbershop.
Kesimpulan
Pemilihan sistem penggajian yang ideal untuk barbershop kamu memerlukan pertimbangan matang.
Setiap sistem memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu disesuaikan dengan kondisi bisnis, anggaran, dan tujuan kamu.
Dengan memahami berbagai opsi ini, kamu dapat menentukan model penggajian yang paling adil, memotivasi karyawan, dan mendukung pertumbuhan bisnis barbershop kamu.*